Thursday, February 21, 2019

Kemajemukan Bangsa IndonesiaKemajemukan Bangsa Indonesia



  1. KERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASLI KEHIDUPAN MANUSIA

1. Mengenal Keragaman sebagai Realitas Bangsa Indonesia
Manusia dilahirkan dengan sebuah ketentuan yang diputuskan oleh Tuhan sendiri yang disebut Kodrat. Proses kelahiran yang dialami setiap manusia itu sama, namun ia tidak dapat menentukan lingkungan yang akan menerima kehadirannya saat ia dilahirkan. Sehingga, itu merupakan tanda bahwa setiap manusia itu berbeda – beda. Serta, sejarah pengalaman hidup manusia sangat berpengaruh dalam mempertegas jati diri seorang manusia sehingga semakin tampak perbedaannya satu dengan yang lain.
            Pengalaman awal inilah yang kemudian disimpulkan dalam ungkapan homo homini socius. Dimana pengalaman ini ingin mengungkapkan bahwa kenyataan manusia sebagai makhluk sosial adalah kodratnya. Kehidupan manusia dengan sesamanya tidak bisa tidak harus dijalani. Karena kodratnya inilah, setiap manusia senantiasa akan membentuk sebuah kelompok. Dan perbedaan masing-masing individu tidak lagi menghalangi pembentukan kelompok tersebut.
Sama seperti bangsa Indonesia, pertama dari sisi geografis atau teritorialnya. Ada ribuan pulau yang menjadi tempat tinggal bangsa Indonesia. Setiap pulau mempunyai budaya, bahasa, gaya hidup, dan sebagainya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia itu sendiri. Disatu pulau pun, segala yang dihasilkan dan dilakukan setiap orang pun berbeda-beda. Dengan demikian dapat dikatakan sejak dilahirkan sebagai bangsa, Indonesia mempunyai ciri majemuk. Ciri ini bahkan sudah ditampilkan jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada saat para pemuda mengikrarkan diri untuk membentuk sebuah kehidupan bersama dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, Indonesia.
Salah satu cara untuk melanggengkan kehidupan bersama itu, bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung 2 makna dasar yakni, “keanekaragaman” dan “kesatuan”. Sehingga dapat dimengerti sebagai kesatuan dalam keberagaman (unity in diversity).
Dalam keberagamannya, Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, melainkan keberagaman masyarakatnya. Menurut riset, Indonesia memiliki 389 suku bangsa. Yang hampir setiap sukunya memiliki subsukunya masing-masing. Saat ini disatu daerah tidak hanya dihuni oleh satu suku asli saja, namun ada beberapa suku juga yang tinggal di daerah tersebut. Namun karena adanya kesadaran sebagai bangsa Indonesia, mereka berusaha untuk saling beradaptasi dan bersikap toleran satu sama lain. Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia, tetapi itu tidak menggeser bahasa daerah atau yang sering disebut bahasa ibu.
Karena keanekaragaman tersebut, ada dua hal yang dapat digunakan untuk menjaga persatuan agar tidak ada benturan satu kelompok dengan kelompok lainnya, yaitu:
a.    saling menghormati antara satu kelompok dengan kelompok yang lain
b.    mencari dan saling berusaha menemukan titik kesamaan

2.Keberagaman dalam Kitab Suci
Keberagaman yang ada di dalam Kitab Suci dapat kita temukan pada bagian awal. Kisah penciptaan yang ada didalam Kitab Kejadian menjadi dasar utama, terutama berkaitan dengan masalah kodrat. Selain itu, model sikap yang hendaknya kita miliki adalah model sikap sebagaimana ditampakkan dalam pribadi Yesus Kristus.
Dari kisah penciptaan, tampak bahwa Allah memang menciptakan tidak hanya satu macam, atau satu jenis ciptaan saja. Selama enam hari karya-Nya menciptakan dunia, Allah telah membuat begitu banyak hal. Maka, selama enam hari itu pula dinyatakan-Nya kodrat dari seluruh ciptaan yaitu, unik. Masing-masing mempunyai keunikan dan ciri khasnya sendiri-sendiri.
Sementara itu, selain kisah penciptaan, dapat kita lihat pula pengalaman hidup bangsa Israel. Bangsa Israel mempunyai suatu kebanggaan yang tidak dapat disamai oleh bangsa-bangsa lain yakni, sebagai keturunan Abraham. Penyebutan nama Abraham, Ishak, dan Yakub itu menunjuk pada keturunan Abraham. Menyebut nama Allah dengan disertai generasi itu menunjukkan bahwa sisi kemajemukan itu semakin mendapatkan wadahnya dalam proses perjalanan waktu. Artinya pluralitas tidak hanya terbatas pada sisi wujud atau bentuk lahiriah, tetapi juga menyangkut proses waktu yang dialami.
Kebanggaan sebagai keturunan Abraham itu semakin dipertegas dengan kenyataan bahwa salah satu bapa bangsa mereka (Yakub) dipilih Allah juga. Keterpilihan itu juga merupakan keterpilihan mereka sebagai bangsa. Keterpilihan itu ditandai dengan penggantian nama Yakub menjadi “Israel” dan perjanjian Allah dengannya.
Ketika bangsa Israel menjadi budak di Mesir, rasa senasib menumbuhkan dalam diri mereka semangat untuk bersatu. Namun, saat mereka harus melewati padang gurun, rasa kebangsaan itu mengalami dinamika yang sangat kental. Mereka berani meninggalkan nilai-nilai luhur bagi kehidupan demi kepentingan fisik/biologis saja. Namun hal ini tidak menghilangkan keterpilihan mereka sebagai bangsa yang diberkati Allah. Bahkan saat bangsa Israel meminta untuk didirikan sebuah kerajaan,Allah pun tetap setia. Dapat dikatakan bahwa Kitab Suci tidak menghilangkan kenyataan keragaman yang ada dalam kehidupan manusia. Hati manusia diresapi dambaan mendalam akan persatuan. Tanpa disadari ada bahaya jika manusia mengusahakannya dengan tenaga dan konsep pemikirannya sendiri.

3. Menghormati dan Menghargai setiap Pribadi Manusia
Gereja meyakini bahwa dirinya diutus untuk mewartakan Injil dan menananamkan Gereja di tengah-tengah bangsa. Gereja sudah sejak lama membangun kesadaran atas anggota-anggotanya untuk selalu menghormati dan menghargai keberagaman yang ada. Seperti Yesus yang tidak terpengaruh dengan situasi yang ada disekitarnya, bahkan Ia pun tidak mau masuk ke dalam salah satu kelompok masyarakat. Satu hal yang dipegang oleh Yesus ketika berhadapan dengan manusia dan situasi hidup manusia adalah menghargai dan mengangkat martabat hidup manusia. Sikap Yesus itulah yang menjadi teladan bagi manusia dalam menghadapi situasi masyarakat disekitarnya.
Hal ini dapat dilakukan Gereja melalui Konsili Vatikan II dalam “Pernyataan Tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama Bukan Kristiani” (Nostra Aetate) artikel 5, yang mengajak kita untuk turut dalam membangun persaudaraan dan pembangunan, terutama dengan memelihara cara hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan hidup dalam damai dengan semua orang.
Dasar dari segala tindakan seorang pengikut Yesus Kristus adalah kodratnya sebagai makhluk sosial dan sikap saling menghormati martabat manusia satu sama lain. Dua hal yang perlu diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan, antara lain:
a.    membongkar sikap eksklusif
b.    membangun sikap inklusif


B. MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI
1. Beberapa Fakta Permusuhan/Pertikaian di Masyarakat

a. Fakta Pertikaian dan Perang
Ø  pertikaian yang bernuansa balas dendam antar dua kampung di Timika, Papua
Ø  pertikaian yang bernuansa politik di elite politik level atas antara oknum polisi dan kejaksaan melawan petinggi KPU
Ø  pertikaian yang bernuansa hak intelektual dan hak cipta antara bangsa Indonesia dengan Malaysia, karena cukup banyak karya cipta bangsa Indonesia yang diklaim oleh Malaysia
Ø  pertikaian politik dalam Pansus Skandal Bank Century, dalam upaya membongkar skandal Bank Century yang menyebabkan Indonesia kecolongan sebesar 6,7 miliar rupiah
Ø  pertikaian yang terjadi di Tanjung Priok antara warga dengan Satpol PP dan Polisi yang akan mengeksekusi tanah makam di kawasan tersebut

b. Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
·         Fanatisme sempit
Artinya sikap fanatik yang dihayati tidak disertai dengan keterbukaan terhadap segala sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan menganggap bahwa keyakinannya yang paling benar.
·         Sikap arogan/angkuh
Selalu ada suku atau bangsa yang menganggap dirinya kuat dan bertindak sewenang-wenang.
·         Keserakahan
Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang.
·         Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak
Kadang-kadang, perang terpaksa dilakukan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.

c. Akibat Pertikaian dan Perang
v  kehancuran secara jasmani dan fisik
v  hancurnya sarana dan prasarana, jatuhnya korban jiwa
v  kehancuran secara rohani
Perang mengakibatkan trauma dan luka yang membekas terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang juga dapat membawa akibat baik, tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya.

2. Pengertian Persaudaraan Sejati
“Saudara sejati” adalah orang yang menunjukkan belas kasih kepada semuanya. Persaudaraan sejati berarti sikap dan/ atau tindakan seseorang kepada sesamanya dengan dilandasi cinta kasih.

3. Teladan Yesus dalam Membangun Persaudaraan Sejati
            Damai yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta pergulatan batin.
            Damai juga berarti rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama, dan dunia. Damai sejahtera bagi yang menampakkan Kerajaan Allah.

4. Hambatan dalam Membangun Persaudaraan Sejati
ü  adanya fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya
ü  terjadinya pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama terhadap pemeluk agama
ü  kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama yang sering kali disertai kekerasan
ü  persepsi yang berbeda dari para pemuka agama dan pemeluk agama tentang pesan agamanya
ü  ketertutupan dan eksklusivitas para pemeluk agama
ü  solidaritas antarumat seagama yang hanya bersifat eksklusif
ü  adanya semacam persaingan tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup
ü  mampetnya dialog dan komunikasi
ü  masih adanya kesenjangan sosial, bahkan kian lebar
ü  masih suburnya materialisme, konsumerisme, bahkan darwinisme
ü  beriman pada Tuhan yang sama, tapi perbedaan ajaran dibesar-besarkan
ü  ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah, beserta sarana pendukungnya
ü  ada arasa “alergi” untuk membaca dan mempelajari kitab suci terutama kitab suci dari agama lain

5. Kegiatan yang dapat Membangun Persaudaraan Sejati antarumat Beragama
a. Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Semua orang mempunyai keempat relasi dasar, yaitu relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama, relasi dengan alam semesta, dan relasi dengan diri sendiri. Harmoni dari keempat hal itu yang menentukan situasi hidup manusia.

b. Tindakan yang Membangun Persaudaraan Sejati
1. berkunjung ke rumah teman yang sedang merayakan hari raya agamanya
2.  mengadakan bakti sosial, penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana
3. mengadakan dialog dan kerjasama antarumat beragama
4. menghormati sesama yang berbeda agama saat menjalankan ibadahnya

6. Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan Membangun Persaudaraan Sejati
     Pada masa orde baru, bermunculan forum-forum diskusi yang menyangkut toleransi dalam hal keagamaan dan keragaman, tapi sampai saat ini belum menunjukkan hal yang signifikan.

DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARUMAT BERAGAMA

A.    Memahami Kekhasan Agama-Agama di Indonesia
Memahami dan mengenal agama lain membutuhka ketulusan, kearifan dan keterbukaan hati yang tinggi. Mengenal dan memahami tidak dapat dilakuakan ketia tujuannya adalah membandingkan antara agama yang dianut dengan agama lain. Pengenalan dan pemahaman yang tulus memungkinkan tumbuhnya keterbukaan dan sikap apresiasif satu sama lain.

1.      Berbagai Agama di Indonesia dan Kekhasannya
Kata “agama” berasal dari Bahasa sansekerta yang berarti peraturan tradisioal, ajaran. Kata “agama” sering diartikan sebagai kumpulan peraturan-peraturan atau ajaran. Kata lain adalah religi. Kata “religi” berasal dari Bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali, maksudnya ikatan manusia dengan Tenaga Kudus yang gaib, dengan Tuhan.


Enam agama besar yang paling banyak penganutnya di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

a.       Agama Islam
Kata “Islam” berasal dari Bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud “untuk menerima, menyerah atau tunduk.” Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimat shahadatain yaitu Laailaha illallah, Muhammadur Rasulullah. Artinya Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.
Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah :
-          Mengucap dua kalimat syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhakn ditaati dan disembah dengan benar keuali Allah saja dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah.
-          Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.
-          Berpuasa pada bulan Ramadhan.
-          Membayar zakat.
-          Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.
Kitab suci adalah Al-Qur’an. Nabi dalam agama Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Adalah nabi terakhir dalam ajaran Islam.Hadits yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad. Hadits adalah teks utama(sumber hokum) kedua Islam setelah Al-Qur’an.

b.      Agama Hindu
Berakar dari kata Sindhu. Awalnya merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Menurut umay Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta, ditegaskan bahwa hana ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman),yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu yang meliputi :
-          Widhi Tattwa percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
-          Atma Tattwa percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
-          Karmaphala Tattwa percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
-          Punarbhawa Tattwa percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
-          Moksa Tattwa percaya bahwa kebahagian tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Ajaran agama Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang memuat nilai-nilai spiritual dengan tuntutan dalam kehidupan dijalan dharma. Diantaranya adalah Weda, Upanishad, Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata.

c.       Agama Budha
Tokoh historis mereka adalah Buddha Siddharta Gautama. Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam Catur Arya Satya, yang berarto Empat Kasunyatan atau Kebenaran Mulia, yaitu :
-          Dukkha-Satya hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan
-          Samudaya-Satya penderitaan disebabkan karena manusia memiliki keinginan dan nafsu
-          Nirodha-satya penderitaan itu dapat dilenyapkan (moksa) dan orang mencapai nirvana (kebahagiaan) dengan membuang segala keinginan dan nafsu
-          Marga-Satya jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk dalam Nirvana adalah delapan jalan utama (asta-arya-marga).


d.      Agama Kristen
Protestan adalah aliran dalam agama Kristen. Protestantisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
-          Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan,oleh pilihan, sabda, sakramen, dan anugerah iman. Gereja yang Kudus adalah persekutuan orang yang benar-benar beriman di segala tempat dan pada segala zaman.
-          Kitab suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Oleh karena itu sola scriptura(diselamatkan karena kitab suci) adalah prinsip formal protestantisme.
-          Pembenaran orang dari semula sampai selesai semata-mata rahmat ilahi (sola gratia).
-          Sabda ilahiadalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab, khotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.
-          Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedan rohani secara eksistensial.
KATOLIK
PROTESTAN
Tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen dari karya allah
Tekanan pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya keselamatan Allah.
Kultis, yang mementingkan kurban (ekaristi)
Profetis, yang terpusat pada sabda(pewartaan)
Hubungan dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus
Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja
Gereja secara hakiki bersifat hierarkis
Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia
Kitab suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki
Setiap orang membaca dan mengartikan kitab suci
Jmlah kitab suci 73
Jumlah kitab suci 66
Ada 7 sakramen
Ada devosi kepada para kudus
Ada 2 sakramen
Tidak ada devosi kepada para kudus

e.       Agama Konghucu
Adalah agama yang ada dengan mengambil nama Sang Nabi Khongcu. Intisari ajaran Khong Hu Cu adalah sebagai berikut :
1)      Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui)
-          Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
-          Sepenuh iman menjunjung kebajikan (ChengJuen Jie De)
-          Sepenuh iman menegakkan firman gemilang ( Cheng Li Ming Ming)
-          Sepenuh iman percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
-          Sepenuh iman memupuk cita berbakti ( Cheng Yang Xiao Shi)
-          Sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi kongzi ( Cheng Shun Mu Duo)
-          Sepenuh iman memuliakan kitab si shu dan wu jing ( Cheng Qin Jing Shu)
-          Sepenuh iman menempuh jalan suci ( Cheng Zing Da Dao)

2)      Lima Sifat Kekekalan ( Wu Chang)
-          Ren – cinta kasih
-          Yi – kebenaran/keadilan/kewajiban
-          Li – kesusilaan, kepantasan
-          Zhi – bijaksana
-          Xin – dapat dipercaya

3)      Lima Hubungan Sosial ( Wu Lun)
-          Hubungan antara pimpinan dan bawahan
-          Hubungan antara suami dan isteri
-          Hubungan antara orang tua dan anak
-          Hubungan kakak dan adik
-          Hubungan antara kawan dan sahabat

4)      Delapan kebajikan ( Ba De)
-          Xiao – laku bakti
-          Ti – rendah hati
-          Zhong – satya
-          Xin – dapat dipercaya
-          Li – susila
-          Yi – bijaksana
-          Lian – suci hati
-          Chi – tahu malu
-          Satya dan tepa selira/ tahu menimbang ( Zhong Shu)

f.       Agama asli nusantara
Adalah agama-agama tradisional yang telah ada sebelum agama tersebut diatas. Seperti :
1)      Sunda wiwitan dipeluk oleh masyarakat Sunda di kanekes, lebak, banten
2)      Sunda wiwitan aliran madrais juga dikenal dengan agama cigugur
3)      Buhun di jabar
4)      Kejawen di jateng dan jatim
5)      Parmalim agama asli batak
6)      Kaharingan di Kalimantan
7)      Tonaas walian di minahasa, Sulawesi utara
8)      Tolottang si sulsel
9)      Wetu telu di Lombok
10)  Naurus di pulau seram di prov. Maluku

2.      Orang Kristiani Menempatkan Diri terhadap Umat Beragama Lain
Sebagai orang kristiani kita adalah warga masyarakat. Kita hidup tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berlatar belakang keagamaan yang berbeda. Dasar pertama hanya Allah lah sumber cinta kasih dalam kehidupan.
Dasar kedua adalah Kristus mengutus Gereja untuk hidup di dunia sejak konsili vatikan II terhadap umat beragama lain Gereja Katolik menempatkan dirinya sebagai rekan seperjalanan menuju kepada Allah sang sumber kehidupan.
a)      Gereja menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat. Dalam kebersamaan dengan semua orang, Gereja dipanggil Allah untuk ambil bag9an dalam pembangunan dan pelestarian hidup di bumi dalam perjalanannya menuju Allah.
b)      Gereja membuka dirinya untuk mengenal dengan tulus cara hidup dan ajaran-ajaran agama lain karena ajaran-ajaran itu memancarkan sinar kebaikan Allah yang menyinari hidup semua orang.
c)      Gereja membuka diri untuk berbagi dalam kesadaran akan perutusan Allah di dunia. Seraya membangun persaudaraan dengan para penganut agama lain, Gereja melasanakan tugas perutusannya dan sekaligus membangun imannya.
d)     Gereja berdialog untuk membangun dan memaknai kehidupan bersama. Dalam ketulusan saja tidak yang mendalam bersama penganut agama lain, Gereja membangun hidup yang berlandaskan nilai-nilai kehidupan yang baik.
e)      Gereja belajar dari sejarah untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
f)       Gereja membangun persaudaraan semesta tanpa diskriminasi.

3.      Umat Katolik Menghargai dan menghormati Kekhasan Agama-Agama
Konsili Suci sudah secara tegas dan jelas menyatakan sikapnya terhadap agama-agama lain. Dengan tulus, Gereja menghargai dan menghormati kekhasan masing-masing agama memiliki sebagai keyakinanyang memantulkan sinar kebenaran dan membimbing para penganutnya menuju kepada Allah.
Pernyataan tentang sikap Gereja terhadap agama lain yakni bahwa rasa hormat Gereja adalah Gereja tidak menolak segala sesuatu dari agama-agama bukan kristiani yang serba benar dan suci, meskipun di beberapa segi terdapat perbedaan.
Sikap hormat dan menghargai itu tidaklah berarti menerima begitu saja apa yang benar dan suci dari agama bukan kristiani untuk menggantikan yang diyakini sebagai kebenaran oleh Gereja.
Dalam dialog dan kerja sama itu para Konsili Suci berpesan agardi satu pihak Gereja tetap memberi kesaksian tentang iman dan peri hidup kristiani dan dilain pihak berani mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio budaya yang menjadi kekhasan agama agama bukan kristiani tersebut.
Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggota Gereja terhadap orang lain adalah sama seperti sikap Kristus terhadap orang lain yaitu kasih dan pengampunan. Mewartakan kebenaran adalah salah satu bentuk dari kasih.

B. Hambatan – Hambatan dalam membangun dialog antar umat beragama
a. Tradisional
cara beragama berdasar tradisi . cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang – orang dari angkatan sebelumnya . biasanya orang yang kuat dalam beragama, sulit menerima hal keagamaan baru atau pembaharuan.dan dapat meningkatkan ilmu keagamaan.
b. Formal
cara  beragama berdasar formalitas yang  berlaku di lingkungan atau masyarakatnya cara ini mengikuti cara beragamanya orang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh . cara ini orang mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan beragam.
c. Rasional
beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya . mereka berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu pengetahuan dan ilmu pengalamannya.
d. Metode Pendahulu
cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan)di bawah wahyu . untuk memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengalaman dan penyebaran (dakwah).

Beberapa hambatan yang biasanya muncul dan dirasakan dalam mengadakan dialog antar umat beragama , ditunjaunya dari beberapa aspek berikut :
a.       Aspek Tokoh Historis
1.      Fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh yang satu lebih unggul dari tokoh lainnya.
2.      Proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda”dari pemuka agama kepada para kader dan pemeluk agama sehingga mereka tidak memperoleh informasi yang benar dan utuh tentang tokoh historis dan ajaran – ajarannya .

b.      Aspek Harta Milik
1.      Kekayaan tidak jarang digunakan untuk menindas orang kecil.
2.      Kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama yang seringkali disertai kekerasan
3.      Kekayaan sering kali diperlakukan sebagai status simbol

c.       Aspek Pesan Universal
1.      Persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing agama dan pemuka agama (bahkan dalam satu agama yang sama)tentang pesan agamanya.
2.      Ketertutupan dan ekslusivitas para pemeluk agama.

d.      Aspek Tujuan Hidup
1.      Solidarisme yang dikembangkan hanya bersifat ekslusif
2.      Ada semacam persaingan yang tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup .
3.      Mampetnya dialog dan komunikasi
e.       Aspek pandangan terhadap kaum miskin
1.      Masih ada kesenjanga sosial, bahkan kian lebar.
2.      Masih suburnya materialisme , konsumerisme , hedonisme, bahkan darwinisme.
3.      Pendiskreditan elite terhadap kaum kaum miskin sebagai pemalas dan sampah masyarakat.

f.       Aspek Iman , Ibadat , dan Kitab Suci
1.      Beriman kepada Tuhan yang sama, tetapi perbedaan tradisi dan ajaran dibesar-besarkan .
2.      Ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah , beserta sarana pendukungnya,
3.      Ada rasa “alergi”untuk membaca dan mempelajari kitab suci , terutama kitab suci dari agama lain.

Dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dialog antar umat beragama adalah ekslusivme.
Sikap tradisional orang Katolik didasarkan pada :
a.       Keprihatinan akan “nasib”mereka (berdasarpenafsiran ekslusif)atas ayat-ayat Alkitab mis Yoh 14:6
b.      Nafsu ekspansionis
c.       Ketaatan legalistik dan literalistik terhadap perintah Alkitab (Mat 28)
Sementara itu agama lain juga mengambil sikap dan mempunyai motivasi serupa , yang mengakibatkan sikap-sikap berikut :
a.       Saling mencurigai dan memagari diri(saling tidak memercayai)
b.      Saling mengintip strategi dan metode ekspansi”etika pemasaran” cenderung diabaikan
c.       Bertumbuhnya kelompok-kelompok ekspansionis yang radikal dan intoleran dalam agama-agama
d.      Konflik dan perang saudara yang sering diumumkan bukan karena agama, tetapi terkait dengan sentimen keagamaan .
    
 Usaha mengatasi Hambatan-Hambatan dalam berdialog dengan umat beragama lain.
a.       Aspek Tokoh Historis
1.      Meningkatkan dialog interaktif antarpemeluk agama mengenai visi dan misi yang dibawa oleh tokoh historisnya.
2.      Para pemuka agama lebih “jujur”dalam memperkenalkan figur,visi,dan tokoh historisnya
3.      Dimaksudkan untuk membangun sikap inklusif di antara umat beragama
b.      Aspek Harta milik
1.      Kekayaan digunakan untuk melayani orang lain, terutama yang terpinggirkan
2.      Mengagendakan “dakwah”dengan topik peranan harta bagi manusia

c.       Aspek peran Universal
1.      Mengungkap nilai-nilai universal yang terdapat dalam ajaran masing-masing agama
2.      Membangun komunikasi bersama baik secara formal maupun nonformal sehingga tidak salah persepsi terhadap pesan keselamatan universal
d.      Aspek Tujuan Hidup
1.      Membuka dialog dan komunikasi yang manusiawi demi kehidupan bersama yang lebih baik
2.      Membangun solidaritas yang lebih luas (inklusif)
3.      Merintis kerjasama untuk mencapai tujuan hidup bersama
e.       Aspek pandangan terhadap martabat kaum miskin
1.      Penjajagan kemungkinan untuk membina kerjasama melalui program peduli kaum miskin dan pengentasan kemiskinan
2.      Membuka dialog terbuka dengan semua pihak yang berkendak
f.       Aspek Iman , Ibadat ,dan Kitab Suci
1.      Dialog antar umat beriman , untuk memahami tradisi dan dinamika hidup beriman pihak lain.
2.      Dialog dan kerjasama untuk studi kitab suci yang dilaksanakan dengan dasar kehendak baik

 Berbagai bentuk kerjasama Antarumat Beragama
a.       Ekslusivitas
Sikap ini akan melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya , sedangkan agama lain sesat dan wajib dikikis.
b.      Inklusivitas
Sikap ini berpandangan bahwa diluar agama yang dipeluknya juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dipeluknya
c.       Pluralitas dan Paralelisitas
Sikap teologis paralelisitas bisa terekspresi dalam macam-macam rumusan mis : agama lain adalah jalan yang sama-sama sah mencapai kebenaran yang sama
d.      Elektivitas
Yakni sikap beragaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya
e.       Universalitas

Sikap beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.
      Usaha umat beriman untuk mewujudkan terjadinya kerjasama antarumat
a.       Membentuk forum persaudaraan antarumat beriman (FPUB)
b.      Bersama-sama antar pemeluk agama meningkatkan inklusifitas keberagaman
c.       Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi hubungan sosial
d.      Mengingast faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kerjasama
e.       Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi
f.       Kebudayaan dapat menjadi media pertemuan lintas agama
g.      Sistem dan iklim politik yang berhembus pada saat ini

C. Kerja Sama Antarumat Beragama dan Berkepercayaan
Kejujuran dan keterbukaan hati untuk berdialog dengan umat beragama dan berkepercayaan lain akan membuat kita membuka hati untuk memahami keyakinan umat beragama dan berkepercayaan lain.
1.      Berbagai Bentuk Kerja Sama Antarumat Beragama
Ada 5 sikap beragama yang dapat dijadikan titik tolak pemikiran, yaitu :
a.       Eksklusivitas              : Sikap yang menghadirkan pandangan bahwa ajaran agamanya yang paling benar, sedangkan agama lain sesat dan patut dikikis.
b.      Inklusivitas                 : Sikap yang berpandangan bahwa dalam agama lain juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh agama yang dianutnya.
c.       Pluralitas/Paralelisitas : Sikap berpandangan bahwa setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebeneran sesuai caranya masing-masing.
d.      Eklektivitas                : Sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandangnya baik dan cocok untuk dirinya.
e.       Universalitas              : Sikap beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama, karena faktor historis-antropologis agama lalu tampil dalam format plural.

Eksklusivitas jelas menjadi sikap yang menghalangi bentuk kerjasama lintas agama. Maka terlebih dahulu harus dikikis baru dapat menentukan bentuk-bentuk kerja sama lintas agama s.b.b.:
a.       Membangun hubungan sosial yang tidak dibatasi doktrin-doktrin agama.
b.      Meningkatkan perekonomian masyarakat.
c.       Meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.

2.      Usaha-Usaha Umat Beriman untuk Mewujudkan Terjadinya Kerja sama Antarumat Beragama
a.       Membentuk Forum Persaudaraan Antarumat Beriman (FPUB).
b.      Bersama-sama antarpemeluk agama meningkatkan inklusivitas keberagamaan.
c.       Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi hubungan sosial merupakan pengaruh terbesar dalam hal kerja sama.
d.      Mengingat faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kerja sama.
e.       Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi terhadap kerja sama antarumat beragama.
f.       Mengingat bahwa kebudayaan dapat menjadi media pertemuan lintas agama.
g.      Mengingat bahwa sistem dan iklim politik yang berhembus pada saat ini cenderung sektarian.

3.      Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan Kerja sama dengan Umat Beragama Lain
Dialog dan kerja sama spontan memang dimungkinkan dapat terjadi, namun hasilnya pastilah tidak maksimal. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan buah dari dialog dan kerja sama itu perlu dibuat perencanaan yang matang, dengan target-target yang jelas.


  1. KERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASLI KEHIDUPAN MANUSIA

1. Mengenal Keragaman sebagai Realitas Bangsa Indonesia
Manusia dilahirkan dengan sebuah ketentuan yang diputuskan oleh Tuhan sendiri yang disebut Kodrat. Proses kelahiran yang dialami setiap manusia itu sama, namun ia tidak dapat menentukan lingkungan yang akan menerima kehadirannya saat ia dilahirkan. Sehingga, itu merupakan tanda bahwa setiap manusia itu berbeda – beda. Serta, sejarah pengalaman hidup manusia sangat berpengaruh dalam mempertegas jati diri seorang manusia sehingga semakin tampak perbedaannya satu dengan yang lain.
            Pengalaman awal inilah yang kemudian disimpulkan dalam ungkapan homo homini socius. Dimana pengalaman ini ingin mengungkapkan bahwa kenyataan manusia sebagai makhluk sosial adalah kodratnya. Kehidupan manusia dengan sesamanya tidak bisa tidak harus dijalani. Karena kodratnya inilah, setiap manusia senantiasa akan membentuk sebuah kelompok. Dan perbedaan masing-masing individu tidak lagi menghalangi pembentukan kelompok tersebut.
Sama seperti bangsa Indonesia, pertama dari sisi geografis atau teritorialnya. Ada ribuan pulau yang menjadi tempat tinggal bangsa Indonesia. Setiap pulau mempunyai budaya, bahasa, gaya hidup, dan sebagainya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia itu sendiri. Disatu pulau pun, segala yang dihasilkan dan dilakukan setiap orang pun berbeda-beda. Dengan demikian dapat dikatakan sejak dilahirkan sebagai bangsa, Indonesia mempunyai ciri majemuk. Ciri ini bahkan sudah ditampilkan jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada saat para pemuda mengikrarkan diri untuk membentuk sebuah kehidupan bersama dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, Indonesia.
Salah satu cara untuk melanggengkan kehidupan bersama itu, bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung 2 makna dasar yakni, “keanekaragaman” dan “kesatuan”. Sehingga dapat dimengerti sebagai kesatuan dalam keberagaman (unity in diversity).
Dalam keberagamannya, Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, melainkan keberagaman masyarakatnya. Menurut riset, Indonesia memiliki 389 suku bangsa. Yang hampir setiap sukunya memiliki subsukunya masing-masing. Saat ini disatu daerah tidak hanya dihuni oleh satu suku asli saja, namun ada beberapa suku juga yang tinggal di daerah tersebut. Namun karena adanya kesadaran sebagai bangsa Indonesia, mereka berusaha untuk saling beradaptasi dan bersikap toleran satu sama lain. Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia, tetapi itu tidak menggeser bahasa daerah atau yang sering disebut bahasa ibu.
Karena keanekaragaman tersebut, ada dua hal yang dapat digunakan untuk menjaga persatuan agar tidak ada benturan satu kelompok dengan kelompok lainnya, yaitu:
a.    saling menghormati antara satu kelompok dengan kelompok yang lain
b.    mencari dan saling berusaha menemukan titik kesamaan

2.Keberagaman dalam Kitab Suci
Keberagaman yang ada di dalam Kitab Suci dapat kita temukan pada bagian awal. Kisah penciptaan yang ada didalam Kitab Kejadian menjadi dasar utama, terutama berkaitan dengan masalah kodrat. Selain itu, model sikap yang hendaknya kita miliki adalah model sikap sebagaimana ditampakkan dalam pribadi Yesus Kristus.
Dari kisah penciptaan, tampak bahwa Allah memang menciptakan tidak hanya satu macam, atau satu jenis ciptaan saja. Selama enam hari karya-Nya menciptakan dunia, Allah telah membuat begitu banyak hal. Maka, selama enam hari itu pula dinyatakan-Nya kodrat dari seluruh ciptaan yaitu, unik. Masing-masing mempunyai keunikan dan ciri khasnya sendiri-sendiri.
Sementara itu, selain kisah penciptaan, dapat kita lihat pula pengalaman hidup bangsa Israel. Bangsa Israel mempunyai suatu kebanggaan yang tidak dapat disamai oleh bangsa-bangsa lain yakni, sebagai keturunan Abraham. Penyebutan nama Abraham, Ishak, dan Yakub itu menunjuk pada keturunan Abraham. Menyebut nama Allah dengan disertai generasi itu menunjukkan bahwa sisi kemajemukan itu semakin mendapatkan wadahnya dalam proses perjalanan waktu. Artinya pluralitas tidak hanya terbatas pada sisi wujud atau bentuk lahiriah, tetapi juga menyangkut proses waktu yang dialami.
Kebanggaan sebagai keturunan Abraham itu semakin dipertegas dengan kenyataan bahwa salah satu bapa bangsa mereka (Yakub) dipilih Allah juga. Keterpilihan itu juga merupakan keterpilihan mereka sebagai bangsa. Keterpilihan itu ditandai dengan penggantian nama Yakub menjadi “Israel” dan perjanjian Allah dengannya.
Ketika bangsa Israel menjadi budak di Mesir, rasa senasib menumbuhkan dalam diri mereka semangat untuk bersatu. Namun, saat mereka harus melewati padang gurun, rasa kebangsaan itu mengalami dinamika yang sangat kental. Mereka berani meninggalkan nilai-nilai luhur bagi kehidupan demi kepentingan fisik/biologis saja. Namun hal ini tidak menghilangkan keterpilihan mereka sebagai bangsa yang diberkati Allah. Bahkan saat bangsa Israel meminta untuk didirikan sebuah kerajaan,Allah pun tetap setia. Dapat dikatakan bahwa Kitab Suci tidak menghilangkan kenyataan keragaman yang ada dalam kehidupan manusia. Hati manusia diresapi dambaan mendalam akan persatuan. Tanpa disadari ada bahaya jika manusia mengusahakannya dengan tenaga dan konsep pemikirannya sendiri.

3. Menghormati dan Menghargai setiap Pribadi Manusia
Gereja meyakini bahwa dirinya diutus untuk mewartakan Injil dan menananamkan Gereja di tengah-tengah bangsa. Gereja sudah sejak lama membangun kesadaran atas anggota-anggotanya untuk selalu menghormati dan menghargai keberagaman yang ada. Seperti Yesus yang tidak terpengaruh dengan situasi yang ada disekitarnya, bahkan Ia pun tidak mau masuk ke dalam salah satu kelompok masyarakat. Satu hal yang dipegang oleh Yesus ketika berhadapan dengan manusia dan situasi hidup manusia adalah menghargai dan mengangkat martabat hidup manusia. Sikap Yesus itulah yang menjadi teladan bagi manusia dalam menghadapi situasi masyarakat disekitarnya.
Hal ini dapat dilakukan Gereja melalui Konsili Vatikan II dalam “Pernyataan Tentang Hubungan Gereja dengan Agama-agama Bukan Kristiani” (Nostra Aetate) artikel 5, yang mengajak kita untuk turut dalam membangun persaudaraan dan pembangunan, terutama dengan memelihara cara hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan hidup dalam damai dengan semua orang.
Dasar dari segala tindakan seorang pengikut Yesus Kristus adalah kodratnya sebagai makhluk sosial dan sikap saling menghormati martabat manusia satu sama lain. Dua hal yang perlu diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan, antara lain:
a.    membongkar sikap eksklusif
b.    membangun sikap inklusif


B. MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI
1. Beberapa Fakta Permusuhan/Pertikaian di Masyarakat

a. Fakta Pertikaian dan Perang
Ø  pertikaian yang bernuansa balas dendam antar dua kampung di Timika, Papua
Ø  pertikaian yang bernuansa politik di elite politik level atas antara oknum polisi dan kejaksaan melawan petinggi KPU
Ø  pertikaian yang bernuansa hak intelektual dan hak cipta antara bangsa Indonesia dengan Malaysia, karena cukup banyak karya cipta bangsa Indonesia yang diklaim oleh Malaysia
Ø  pertikaian politik dalam Pansus Skandal Bank Century, dalam upaya membongkar skandal Bank Century yang menyebabkan Indonesia kecolongan sebesar 6,7 miliar rupiah
Ø  pertikaian yang terjadi di Tanjung Priok antara warga dengan Satpol PP dan Polisi yang akan mengeksekusi tanah makam di kawasan tersebut

b. Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
·         Fanatisme sempit
Artinya sikap fanatik yang dihayati tidak disertai dengan keterbukaan terhadap segala sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan menganggap bahwa keyakinannya yang paling benar.
·         Sikap arogan/angkuh
Selalu ada suku atau bangsa yang menganggap dirinya kuat dan bertindak sewenang-wenang.
·         Keserakahan
Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja, termasuk perang.
·         Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak
Kadang-kadang, perang terpaksa dilakukan untuk merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak.

c. Akibat Pertikaian dan Perang
v  kehancuran secara jasmani dan fisik
v  hancurnya sarana dan prasarana, jatuhnya korban jiwa
v  kehancuran secara rohani
Perang mengakibatkan trauma dan luka yang membekas terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang juga dapat membawa akibat baik, tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya.

2. Pengertian Persaudaraan Sejati
“Saudara sejati” adalah orang yang menunjukkan belas kasih kepada semuanya. Persaudaraan sejati berarti sikap dan/ atau tindakan seseorang kepada sesamanya dengan dilandasi cinta kasih.

3. Teladan Yesus dalam Membangun Persaudaraan Sejati
            Damai yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta pergulatan batin.
            Damai juga berarti rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih dengan Tuhan, sesama, dan dunia. Damai sejahtera bagi yang menampakkan Kerajaan Allah.

4. Hambatan dalam Membangun Persaudaraan Sejati
ü  adanya fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya
ü  terjadinya pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama terhadap pemeluk agama
ü  kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama yang sering kali disertai kekerasan
ü  persepsi yang berbeda dari para pemuka agama dan pemeluk agama tentang pesan agamanya
ü  ketertutupan dan eksklusivitas para pemeluk agama
ü  solidaritas antarumat seagama yang hanya bersifat eksklusif
ü  adanya semacam persaingan tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup
ü  mampetnya dialog dan komunikasi
ü  masih adanya kesenjangan sosial, bahkan kian lebar
ü  masih suburnya materialisme, konsumerisme, bahkan darwinisme
ü  beriman pada Tuhan yang sama, tapi perbedaan ajaran dibesar-besarkan
ü  ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah, beserta sarana pendukungnya
ü  ada arasa “alergi” untuk membaca dan mempelajari kitab suci terutama kitab suci dari agama lain

5. Kegiatan yang dapat Membangun Persaudaraan Sejati antarumat Beragama
a. Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang haus akan keadilan yang lebih sempurna. Semua orang mempunyai keempat relasi dasar, yaitu relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama, relasi dengan alam semesta, dan relasi dengan diri sendiri. Harmoni dari keempat hal itu yang menentukan situasi hidup manusia.

b. Tindakan yang Membangun Persaudaraan Sejati
1. berkunjung ke rumah teman yang sedang merayakan hari raya agamanya
2.  mengadakan bakti sosial, penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana
3. mengadakan dialog dan kerjasama antarumat beragama
4. menghormati sesama yang berbeda agama saat menjalankan ibadahnya

6. Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan Membangun Persaudaraan Sejati
     Pada masa orde baru, bermunculan forum-forum diskusi yang menyangkut toleransi dalam hal keagamaan dan keragaman, tapi sampai saat ini belum menunjukkan hal yang signifikan.

DIALOG DAN KERJA SAMA ANTARUMAT BERAGAMA

A.    Memahami Kekhasan Agama-Agama di Indonesia
Memahami dan mengenal agama lain membutuhka ketulusan, kearifan dan keterbukaan hati yang tinggi. Mengenal dan memahami tidak dapat dilakuakan ketia tujuannya adalah membandingkan antara agama yang dianut dengan agama lain. Pengenalan dan pemahaman yang tulus memungkinkan tumbuhnya keterbukaan dan sikap apresiasif satu sama lain.

1.      Berbagai Agama di Indonesia dan Kekhasannya
Kata “agama” berasal dari Bahasa sansekerta yang berarti peraturan tradisioal, ajaran. Kata “agama” sering diartikan sebagai kumpulan peraturan-peraturan atau ajaran. Kata lain adalah religi. Kata “religi” berasal dari Bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali, maksudnya ikatan manusia dengan Tenaga Kudus yang gaib, dengan Tuhan.


Enam agama besar yang paling banyak penganutnya di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

a.       Agama Islam
Kata “Islam” berasal dari Bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud “untuk menerima, menyerah atau tunduk.” Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimat shahadatain yaitu Laailaha illallah, Muhammadur Rasulullah. Artinya Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah.
Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah :
-          Mengucap dua kalimat syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhakn ditaati dan disembah dengan benar keuali Allah saja dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah.
-          Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.
-          Berpuasa pada bulan Ramadhan.
-          Membayar zakat.
-          Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.
Kitab suci adalah Al-Qur’an. Nabi dalam agama Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Adalah nabi terakhir dalam ajaran Islam.Hadits yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad. Hadits adalah teks utama(sumber hokum) kedua Islam setelah Al-Qur’an.

b.      Agama Hindu
Berakar dari kata Sindhu. Awalnya merujuk pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Menurut umay Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta, ditegaskan bahwa hana ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman),yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu yang meliputi :
-          Widhi Tattwa percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
-          Atma Tattwa percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
-          Karmaphala Tattwa percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
-          Punarbhawa Tattwa percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
-          Moksa Tattwa percaya bahwa kebahagian tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Ajaran agama Hindu didasarkan pada kitab suci atau susastra suci keagamaan yang memuat nilai-nilai spiritual dengan tuntutan dalam kehidupan dijalan dharma. Diantaranya adalah Weda, Upanishad, Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan Mahabharata.

c.       Agama Budha
Tokoh historis mereka adalah Buddha Siddharta Gautama. Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam Catur Arya Satya, yang berarto Empat Kasunyatan atau Kebenaran Mulia, yaitu :
-          Dukkha-Satya hidup dalam segala bentuk adalah penderitaan
-          Samudaya-Satya penderitaan disebabkan karena manusia memiliki keinginan dan nafsu
-          Nirodha-satya penderitaan itu dapat dilenyapkan (moksa) dan orang mencapai nirvana (kebahagiaan) dengan membuang segala keinginan dan nafsu
-          Marga-Satya jalan untuk mencapai pelenyapan penderitaan sehingga dapat masuk dalam Nirvana adalah delapan jalan utama (asta-arya-marga).


d.      Agama Kristen
Protestan adalah aliran dalam agama Kristen. Protestantisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
-          Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan,oleh pilihan, sabda, sakramen, dan anugerah iman. Gereja yang Kudus adalah persekutuan orang yang benar-benar beriman di segala tempat dan pada segala zaman.
-          Kitab suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan susunan Gereja. Oleh karena itu sola scriptura(diselamatkan karena kitab suci) adalah prinsip formal protestantisme.
-          Pembenaran orang dari semula sampai selesai semata-mata rahmat ilahi (sola gratia).
-          Sabda ilahiadalah satu-satunya sarana rahmat yang dapat berbentuk Alkitab, khotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.
-          Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa perbedan rohani secara eksistensial.
KATOLIK
PROTESTAN
Tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen dari karya allah
Tekanan pada sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya keselamatan Allah.
Kultis, yang mementingkan kurban (ekaristi)
Profetis, yang terpusat pada sabda(pewartaan)
Hubungan dengan Gereja menentukan hubungan dengan Kristus
Hubungan dengan Kristus menentukan hubungan dengan Gereja
Gereja secara hakiki bersifat hierarkis
Segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia
Kitab suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki
Setiap orang membaca dan mengartikan kitab suci
Jmlah kitab suci 73
Jumlah kitab suci 66
Ada 7 sakramen
Ada devosi kepada para kudus
Ada 2 sakramen
Tidak ada devosi kepada para kudus

e.       Agama Konghucu
Adalah agama yang ada dengan mengambil nama Sang Nabi Khongcu. Intisari ajaran Khong Hu Cu adalah sebagai berikut :
1)      Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui)
-          Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
-          Sepenuh iman menjunjung kebajikan (ChengJuen Jie De)
-          Sepenuh iman menegakkan firman gemilang ( Cheng Li Ming Ming)
-          Sepenuh iman percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
-          Sepenuh iman memupuk cita berbakti ( Cheng Yang Xiao Shi)
-          Sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi kongzi ( Cheng Shun Mu Duo)
-          Sepenuh iman memuliakan kitab si shu dan wu jing ( Cheng Qin Jing Shu)
-          Sepenuh iman menempuh jalan suci ( Cheng Zing Da Dao)

2)      Lima Sifat Kekekalan ( Wu Chang)
-          Ren – cinta kasih
-          Yi – kebenaran/keadilan/kewajiban
-          Li – kesusilaan, kepantasan
-          Zhi – bijaksana
-          Xin – dapat dipercaya

3)      Lima Hubungan Sosial ( Wu Lun)
-          Hubungan antara pimpinan dan bawahan
-          Hubungan antara suami dan isteri
-          Hubungan antara orang tua dan anak
-          Hubungan kakak dan adik
-          Hubungan antara kawan dan sahabat

4)      Delapan kebajikan ( Ba De)
-          Xiao – laku bakti
-          Ti – rendah hati
-          Zhong – satya
-          Xin – dapat dipercaya
-          Li – susila
-          Yi – bijaksana
-          Lian – suci hati
-          Chi – tahu malu
-          Satya dan tepa selira/ tahu menimbang ( Zhong Shu)

f.       Agama asli nusantara
Adalah agama-agama tradisional yang telah ada sebelum agama tersebut diatas. Seperti :
1)      Sunda wiwitan dipeluk oleh masyarakat Sunda di kanekes, lebak, banten
2)      Sunda wiwitan aliran madrais juga dikenal dengan agama cigugur
3)      Buhun di jabar
4)      Kejawen di jateng dan jatim
5)      Parmalim agama asli batak
6)      Kaharingan di Kalimantan
7)      Tonaas walian di minahasa, Sulawesi utara
8)      Tolottang si sulsel
9)      Wetu telu di Lombok
10)  Naurus di pulau seram di prov. Maluku

2.      Orang Kristiani Menempatkan Diri terhadap Umat Beragama Lain
Sebagai orang kristiani kita adalah warga masyarakat. Kita hidup tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berlatar belakang keagamaan yang berbeda. Dasar pertama hanya Allah lah sumber cinta kasih dalam kehidupan.
Dasar kedua adalah Kristus mengutus Gereja untuk hidup di dunia sejak konsili vatikan II terhadap umat beragama lain Gereja Katolik menempatkan dirinya sebagai rekan seperjalanan menuju kepada Allah sang sumber kehidupan.
a)      Gereja menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat. Dalam kebersamaan dengan semua orang, Gereja dipanggil Allah untuk ambil bag9an dalam pembangunan dan pelestarian hidup di bumi dalam perjalanannya menuju Allah.
b)      Gereja membuka dirinya untuk mengenal dengan tulus cara hidup dan ajaran-ajaran agama lain karena ajaran-ajaran itu memancarkan sinar kebaikan Allah yang menyinari hidup semua orang.
c)      Gereja membuka diri untuk berbagi dalam kesadaran akan perutusan Allah di dunia. Seraya membangun persaudaraan dengan para penganut agama lain, Gereja melasanakan tugas perutusannya dan sekaligus membangun imannya.
d)     Gereja berdialog untuk membangun dan memaknai kehidupan bersama. Dalam ketulusan saja tidak yang mendalam bersama penganut agama lain, Gereja membangun hidup yang berlandaskan nilai-nilai kehidupan yang baik.
e)      Gereja belajar dari sejarah untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
f)       Gereja membangun persaudaraan semesta tanpa diskriminasi.

3.      Umat Katolik Menghargai dan menghormati Kekhasan Agama-Agama
Konsili Suci sudah secara tegas dan jelas menyatakan sikapnya terhadap agama-agama lain. Dengan tulus, Gereja menghargai dan menghormati kekhasan masing-masing agama memiliki sebagai keyakinanyang memantulkan sinar kebenaran dan membimbing para penganutnya menuju kepada Allah.
Pernyataan tentang sikap Gereja terhadap agama lain yakni bahwa rasa hormat Gereja adalah Gereja tidak menolak segala sesuatu dari agama-agama bukan kristiani yang serba benar dan suci, meskipun di beberapa segi terdapat perbedaan.
Sikap hormat dan menghargai itu tidaklah berarti menerima begitu saja apa yang benar dan suci dari agama bukan kristiani untuk menggantikan yang diyakini sebagai kebenaran oleh Gereja.
Dalam dialog dan kerja sama itu para Konsili Suci berpesan agardi satu pihak Gereja tetap memberi kesaksian tentang iman dan peri hidup kristiani dan dilain pihak berani mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio budaya yang menjadi kekhasan agama agama bukan kristiani tersebut.
Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggota Gereja terhadap orang lain adalah sama seperti sikap Kristus terhadap orang lain yaitu kasih dan pengampunan. Mewartakan kebenaran adalah salah satu bentuk dari kasih.

B. Hambatan – Hambatan dalam membangun dialog antar umat beragama
a. Tradisional
cara beragama berdasar tradisi . cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang – orang dari angkatan sebelumnya . biasanya orang yang kuat dalam beragama, sulit menerima hal keagamaan baru atau pembaharuan.dan dapat meningkatkan ilmu keagamaan.
b. Formal
cara  beragama berdasar formalitas yang  berlaku di lingkungan atau masyarakatnya cara ini mengikuti cara beragamanya orang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh . cara ini orang mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan beragam.
c. Rasional
beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya . mereka berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu pengetahuan dan ilmu pengalamannya.
d. Metode Pendahulu
cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan)di bawah wahyu . untuk memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengalaman dan penyebaran (dakwah).

Beberapa hambatan yang biasanya muncul dan dirasakan dalam mengadakan dialog antar umat beragama , ditunjaunya dari beberapa aspek berikut :
a.       Aspek Tokoh Historis
1.      Fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh yang satu lebih unggul dari tokoh lainnya.
2.      Proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda”dari pemuka agama kepada para kader dan pemeluk agama sehingga mereka tidak memperoleh informasi yang benar dan utuh tentang tokoh historis dan ajaran – ajarannya .

b.      Aspek Harta Milik
1.      Kekayaan tidak jarang digunakan untuk menindas orang kecil.
2.      Kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama yang seringkali disertai kekerasan
3.      Kekayaan sering kali diperlakukan sebagai status simbol

c.       Aspek Pesan Universal
1.      Persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing agama dan pemuka agama (bahkan dalam satu agama yang sama)tentang pesan agamanya.
2.      Ketertutupan dan ekslusivitas para pemeluk agama.

d.      Aspek Tujuan Hidup
1.      Solidarisme yang dikembangkan hanya bersifat ekslusif
2.      Ada semacam persaingan yang tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup .
3.      Mampetnya dialog dan komunikasi
e.       Aspek pandangan terhadap kaum miskin
1.      Masih ada kesenjanga sosial, bahkan kian lebar.
2.      Masih suburnya materialisme , konsumerisme , hedonisme, bahkan darwinisme.
3.      Pendiskreditan elite terhadap kaum kaum miskin sebagai pemalas dan sampah masyarakat.

f.       Aspek Iman , Ibadat , dan Kitab Suci
1.      Beriman kepada Tuhan yang sama, tetapi perbedaan tradisi dan ajaran dibesar-besarkan .
2.      Ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah , beserta sarana pendukungnya,
3.      Ada rasa “alergi”untuk membaca dan mempelajari kitab suci , terutama kitab suci dari agama lain.

Dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat dialog antar umat beragama adalah ekslusivme.
Sikap tradisional orang Katolik didasarkan pada :
a.       Keprihatinan akan “nasib”mereka (berdasarpenafsiran ekslusif)atas ayat-ayat Alkitab mis Yoh 14:6
b.      Nafsu ekspansionis
c.       Ketaatan legalistik dan literalistik terhadap perintah Alkitab (Mat 28)
Sementara itu agama lain juga mengambil sikap dan mempunyai motivasi serupa , yang mengakibatkan sikap-sikap berikut :
a.       Saling mencurigai dan memagari diri(saling tidak memercayai)
b.      Saling mengintip strategi dan metode ekspansi”etika pemasaran” cenderung diabaikan
c.       Bertumbuhnya kelompok-kelompok ekspansionis yang radikal dan intoleran dalam agama-agama
d.      Konflik dan perang saudara yang sering diumumkan bukan karena agama, tetapi terkait dengan sentimen keagamaan .
    
 Usaha mengatasi Hambatan-Hambatan dalam berdialog dengan umat beragama lain.
a.       Aspek Tokoh Historis
1.      Meningkatkan dialog interaktif antarpemeluk agama mengenai visi dan misi yang dibawa oleh tokoh historisnya.
2.      Para pemuka agama lebih “jujur”dalam memperkenalkan figur,visi,dan tokoh historisnya
3.      Dimaksudkan untuk membangun sikap inklusif di antara umat beragama
b.      Aspek Harta milik
1.      Kekayaan digunakan untuk melayani orang lain, terutama yang terpinggirkan
2.      Mengagendakan “dakwah”dengan topik peranan harta bagi manusia

c.       Aspek peran Universal
1.      Mengungkap nilai-nilai universal yang terdapat dalam ajaran masing-masing agama
2.      Membangun komunikasi bersama baik secara formal maupun nonformal sehingga tidak salah persepsi terhadap pesan keselamatan universal
d.      Aspek Tujuan Hidup
1.      Membuka dialog dan komunikasi yang manusiawi demi kehidupan bersama yang lebih baik
2.      Membangun solidaritas yang lebih luas (inklusif)
3.      Merintis kerjasama untuk mencapai tujuan hidup bersama
e.       Aspek pandangan terhadap martabat kaum miskin
1.      Penjajagan kemungkinan untuk membina kerjasama melalui program peduli kaum miskin dan pengentasan kemiskinan
2.      Membuka dialog terbuka dengan semua pihak yang berkendak
f.       Aspek Iman , Ibadat ,dan Kitab Suci
1.      Dialog antar umat beriman , untuk memahami tradisi dan dinamika hidup beriman pihak lain.
2.      Dialog dan kerjasama untuk studi kitab suci yang dilaksanakan dengan dasar kehendak baik

 Berbagai bentuk kerjasama Antarumat Beragama
a.       Ekslusivitas
Sikap ini akan melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang dipeluknya , sedangkan agama lain sesat dan wajib dikikis.
b.      Inklusivitas
Sikap ini berpandangan bahwa diluar agama yang dipeluknya juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dipeluknya
c.       Pluralitas dan Paralelisitas
Sikap teologis paralelisitas bisa terekspresi dalam macam-macam rumusan mis : agama lain adalah jalan yang sama-sama sah mencapai kebenaran yang sama
d.      Elektivitas
Yakni sikap beragaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya
e.       Universalitas

Sikap beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.
      Usaha umat beriman untuk mewujudkan terjadinya kerjasama antarumat
a.       Membentuk forum persaudaraan antarumat beriman (FPUB)
b.      Bersama-sama antar pemeluk agama meningkatkan inklusifitas keberagaman
c.       Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi hubungan sosial
d.      Mengingast faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kerjasama
e.       Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi
f.       Kebudayaan dapat menjadi media pertemuan lintas agama
g.      Sistem dan iklim politik yang berhembus pada saat ini

C. Kerja Sama Antarumat Beragama dan Berkepercayaan
Kejujuran dan keterbukaan hati untuk berdialog dengan umat beragama dan berkepercayaan lain akan membuat kita membuka hati untuk memahami keyakinan umat beragama dan berkepercayaan lain.
1.      Berbagai Bentuk Kerja Sama Antarumat Beragama
Ada 5 sikap beragama yang dapat dijadikan titik tolak pemikiran, yaitu :
a.       Eksklusivitas              : Sikap yang menghadirkan pandangan bahwa ajaran agamanya yang paling benar, sedangkan agama lain sesat dan patut dikikis.
b.      Inklusivitas                 : Sikap yang berpandangan bahwa dalam agama lain juga terdapat kebenaran, meskipun tidak seutuh agama yang dianutnya.
c.       Pluralitas/Paralelisitas : Sikap berpandangan bahwa setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebeneran sesuai caranya masing-masing.
d.      Eklektivitas                : Sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandangnya baik dan cocok untuk dirinya.
e.       Universalitas              : Sikap beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama, karena faktor historis-antropologis agama lalu tampil dalam format plural.

Eksklusivitas jelas menjadi sikap yang menghalangi bentuk kerjasama lintas agama. Maka terlebih dahulu harus dikikis baru dapat menentukan bentuk-bentuk kerja sama lintas agama s.b.b.:
a.       Membangun hubungan sosial yang tidak dibatasi doktrin-doktrin agama.
b.      Meningkatkan perekonomian masyarakat.
c.       Meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.

2.      Usaha-Usaha Umat Beriman untuk Mewujudkan Terjadinya Kerja sama Antarumat Beragama
a.       Membentuk Forum Persaudaraan Antarumat Beriman (FPUB).
b.      Bersama-sama antarpemeluk agama meningkatkan inklusivitas keberagamaan.
c.       Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi hubungan sosial merupakan pengaruh terbesar dalam hal kerja sama.
d.      Mengingat faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kerja sama.
e.       Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi terhadap kerja sama antarumat beragama.
f.       Mengingat bahwa kebudayaan dapat menjadi media pertemuan lintas agama.
g.      Mengingat bahwa sistem dan iklim politik yang berhembus pada saat ini cenderung sektarian.

3.      Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan Kerja sama dengan Umat Beragama Lain
Dialog dan kerja sama spontan memang dimungkinkan dapat terjadi, namun hasilnya pastilah tidak maksimal. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan buah dari dialog dan kerja sama itu perlu dibuat perencanaan yang matang, dengan target-target yang jelas.


No comments:

Post a Comment