- KERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASLI KEHIDUPAN MANUSIA
1. Mengenal Keragaman sebagai Realitas
Bangsa Indonesia
Manusia dilahirkan
dengan sebuah ketentuan yang diputuskan oleh Tuhan sendiri yang disebut Kodrat.
Proses kelahiran yang dialami setiap manusia itu sama, namun ia tidak dapat
menentukan lingkungan yang akan menerima kehadirannya saat ia dilahirkan.
Sehingga, itu merupakan tanda bahwa setiap manusia itu berbeda – beda. Serta,
sejarah pengalaman hidup manusia sangat berpengaruh dalam mempertegas jati diri
seorang manusia sehingga semakin tampak perbedaannya satu dengan yang lain.
Pengalaman
awal inilah yang kemudian disimpulkan dalam ungkapan homo homini socius.
Dimana pengalaman ini ingin mengungkapkan bahwa kenyataan manusia sebagai
makhluk sosial adalah kodratnya. Kehidupan manusia dengan sesamanya tidak bisa
tidak harus dijalani. Karena kodratnya inilah, setiap manusia senantiasa akan
membentuk sebuah kelompok. Dan perbedaan masing-masing individu tidak lagi menghalangi
pembentukan kelompok tersebut.
Sama seperti bangsa
Indonesia, pertama dari sisi geografis atau teritorialnya. Ada ribuan pulau
yang menjadi tempat tinggal bangsa Indonesia. Setiap pulau mempunyai budaya,
bahasa, gaya hidup, dan sebagainya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia itu
sendiri. Disatu pulau pun, segala yang dihasilkan dan dilakukan setiap orang
pun berbeda-beda. Dengan demikian dapat dikatakan sejak dilahirkan sebagai
bangsa, Indonesia mempunyai ciri majemuk. Ciri ini bahkan sudah ditampilkan
jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada saat para pemuda mengikrarkan
diri untuk membentuk sebuah kehidupan bersama dalam satu tanah air, satu
bangsa, dan satu bahasa, Indonesia.
Salah satu cara untuk
melanggengkan kehidupan bersama itu, bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang mengandung 2 makna dasar yakni, “keanekaragaman” dan
“kesatuan”. Sehingga dapat dimengerti sebagai kesatuan dalam keberagaman (unity
in diversity).
Dalam keberagamannya,
Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, melainkan keberagaman
masyarakatnya. Menurut riset, Indonesia memiliki 389 suku bangsa. Yang hampir
setiap sukunya memiliki subsukunya masing-masing. Saat ini disatu daerah tidak
hanya dihuni oleh satu suku asli saja, namun ada beberapa suku juga yang
tinggal di daerah tersebut. Namun karena adanya kesadaran sebagai bangsa
Indonesia, mereka berusaha untuk saling beradaptasi dan bersikap toleran satu
sama lain. Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia,
tetapi itu tidak menggeser bahasa daerah atau yang sering disebut bahasa ibu.
Karena keanekaragaman
tersebut, ada dua hal yang dapat digunakan untuk menjaga persatuan agar tidak
ada benturan satu kelompok dengan kelompok lainnya, yaitu:
a. saling menghormati antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain
b. mencari dan saling berusaha menemukan titik kesamaan
2.Keberagaman dalam Kitab Suci
Keberagaman yang ada di
dalam Kitab Suci dapat kita temukan pada bagian awal. Kisah penciptaan yang ada
didalam Kitab Kejadian menjadi dasar utama, terutama berkaitan dengan masalah
kodrat. Selain itu, model sikap yang hendaknya kita miliki adalah model sikap
sebagaimana ditampakkan dalam pribadi Yesus Kristus.
Dari kisah penciptaan,
tampak bahwa Allah memang menciptakan tidak hanya satu macam, atau satu jenis
ciptaan saja. Selama enam hari karya-Nya menciptakan dunia, Allah telah membuat
begitu banyak hal. Maka, selama enam hari itu pula dinyatakan-Nya kodrat dari
seluruh ciptaan yaitu, unik. Masing-masing mempunyai keunikan dan ciri khasnya
sendiri-sendiri.
Sementara itu, selain
kisah penciptaan, dapat kita lihat pula pengalaman hidup bangsa Israel. Bangsa
Israel mempunyai suatu kebanggaan yang tidak dapat disamai oleh bangsa-bangsa
lain yakni, sebagai keturunan Abraham. Penyebutan nama Abraham, Ishak, dan
Yakub itu menunjuk pada keturunan Abraham. Menyebut nama Allah dengan disertai
generasi itu menunjukkan bahwa sisi kemajemukan itu semakin mendapatkan
wadahnya dalam proses perjalanan waktu. Artinya pluralitas tidak hanya terbatas
pada sisi wujud atau bentuk lahiriah, tetapi juga menyangkut proses waktu yang
dialami.
Kebanggaan sebagai
keturunan Abraham itu semakin dipertegas dengan kenyataan bahwa salah satu bapa
bangsa mereka (Yakub) dipilih Allah juga. Keterpilihan itu juga merupakan
keterpilihan mereka sebagai bangsa. Keterpilihan itu ditandai dengan
penggantian nama Yakub menjadi “Israel” dan perjanjian Allah dengannya.
Ketika bangsa Israel
menjadi budak di Mesir, rasa senasib menumbuhkan dalam diri mereka semangat
untuk bersatu. Namun, saat mereka harus melewati padang gurun, rasa kebangsaan
itu mengalami dinamika yang sangat kental. Mereka berani meninggalkan
nilai-nilai luhur bagi kehidupan demi kepentingan fisik/biologis saja. Namun
hal ini tidak menghilangkan keterpilihan mereka sebagai bangsa yang diberkati
Allah. Bahkan saat bangsa Israel meminta untuk didirikan sebuah kerajaan,Allah
pun tetap setia. Dapat dikatakan bahwa Kitab Suci tidak menghilangkan kenyataan
keragaman yang ada dalam kehidupan manusia. Hati manusia diresapi dambaan
mendalam akan persatuan. Tanpa disadari ada bahaya jika manusia mengusahakannya
dengan tenaga dan konsep pemikirannya sendiri.
3. Menghormati dan Menghargai setiap
Pribadi Manusia
Gereja meyakini bahwa
dirinya diutus untuk mewartakan Injil dan menananamkan Gereja di tengah-tengah
bangsa. Gereja sudah sejak lama membangun kesadaran atas anggota-anggotanya
untuk selalu menghormati dan menghargai keberagaman yang ada. Seperti Yesus
yang tidak terpengaruh dengan situasi yang ada disekitarnya, bahkan Ia pun
tidak mau masuk ke dalam salah satu kelompok masyarakat. Satu hal yang dipegang
oleh Yesus ketika berhadapan dengan manusia dan situasi hidup manusia adalah
menghargai dan mengangkat martabat hidup manusia. Sikap Yesus itulah yang menjadi
teladan bagi manusia dalam menghadapi situasi masyarakat disekitarnya.
Hal ini dapat dilakukan
Gereja melalui Konsili Vatikan II dalam “Pernyataan Tentang Hubungan Gereja
dengan Agama-agama Bukan Kristiani” (Nostra Aetate) artikel 5, yang mengajak kita
untuk turut dalam membangun persaudaraan dan pembangunan, terutama dengan
memelihara cara hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan hidup dalam
damai dengan semua orang.
Dasar dari segala
tindakan seorang pengikut Yesus Kristus adalah kodratnya sebagai makhluk sosial
dan sikap saling menghormati martabat manusia satu sama lain. Dua hal yang
perlu diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan,
antara lain:
a. membongkar sikap eksklusif
b. membangun sikap inklusif
B. MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI
1. Beberapa Fakta Permusuhan/Pertikaian di
Masyarakat
a. Fakta Pertikaian dan Perang
Ø pertikaian yang
bernuansa balas dendam antar dua kampung di Timika, Papua
Ø pertikaian yang
bernuansa politik di elite politik level atas antara oknum polisi dan kejaksaan
melawan petinggi KPU
Ø pertikaian yang
bernuansa hak intelektual dan hak cipta antara bangsa Indonesia dengan
Malaysia, karena cukup banyak karya cipta bangsa Indonesia yang diklaim oleh
Malaysia
Ø pertikaian politik
dalam Pansus Skandal Bank Century, dalam upaya membongkar skandal Bank Century
yang menyebabkan Indonesia kecolongan sebesar 6,7 miliar rupiah
Ø pertikaian yang
terjadi di Tanjung Priok antara warga dengan Satpol PP dan Polisi yang akan
mengeksekusi tanah makam di kawasan tersebut
b. Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
· Fanatisme sempit
Artinya sikap fanatik yang dihayati tidak disertai
dengan keterbukaan terhadap segala sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan
menganggap bahwa keyakinannya yang paling benar.
· Sikap arogan/angkuh
Selalu ada suku atau bangsa yang menganggap dirinya
kuat dan bertindak sewenang-wenang.
· Keserakahan
Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja,
termasuk perang.
· Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak
Kadang-kadang, perang terpaksa dilakukan untuk merebut
kemerdekaan dan mempertahankan hak.
c. Akibat Pertikaian dan Perang
v kehancuran secara jasmani dan fisik
v hancurnya sarana dan prasarana, jatuhnya korban jiwa
v kehancuran secara rohani
Perang mengakibatkan trauma dan luka yang membekas
terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang juga dapat membawa akibat baik,
tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya.
2. Pengertian Persaudaraan Sejati
“Saudara sejati” adalah orang yang menunjukkan belas
kasih kepada semuanya. Persaudaraan sejati berarti sikap dan/ atau tindakan
seseorang kepada sesamanya dengan dilandasi cinta kasih.
3. Teladan Yesus dalam Membangun
Persaudaraan Sejati
Damai
yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan
dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan
Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta
pergulatan batin.
Damai
juga berarti rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih
dengan Tuhan, sesama, dan dunia. Damai sejahtera bagi yang menampakkan Kerajaan
Allah.
4. Hambatan dalam Membangun Persaudaraan
Sejati
ü adanya fanatisme
dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang
diikutinya
ü terjadinya
pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama
terhadap pemeluk agama
ü kekayaan tidak
jarang digunakan untuk provokasi agama yang sering kali disertai kekerasan
ü persepsi yang
berbeda dari para pemuka agama dan pemeluk agama tentang pesan agamanya
ü ketertutupan dan
eksklusivitas para pemeluk agama
ü solidaritas
antarumat seagama yang hanya bersifat eksklusif
ü adanya semacam
persaingan tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup
ü mampetnya dialog
dan komunikasi
ü masih adanya
kesenjangan sosial, bahkan kian lebar
ü masih suburnya
materialisme, konsumerisme, bahkan darwinisme
ü beriman pada Tuhan
yang sama, tapi perbedaan ajaran dibesar-besarkan
ü ada persaingan
dalam pembangunan tempat ibadah, beserta
sarana pendukungnya
ü ada arasa “alergi”
untuk membaca dan mempelajari kitab suci terutama kitab suci dari agama lain
5. Kegiatan yang dapat Membangun Persaudaraan
Sejati antarumat Beragama
a. Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang
haus akan keadilan yang lebih sempurna. Semua orang mempunyai keempat relasi
dasar, yaitu relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama, relasi dengan alam
semesta, dan relasi dengan diri sendiri. Harmoni dari keempat hal itu yang
menentukan situasi hidup manusia.
b. Tindakan yang Membangun Persaudaraan
Sejati
1. berkunjung ke rumah teman yang sedang merayakan hari
raya agamanya
2. mengadakan bakti sosial,
penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana
3. mengadakan dialog
dan kerjasama antarumat beragama
4. menghormati sesama
yang berbeda agama saat menjalankan ibadahnya
6. Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan
Membangun Persaudaraan Sejati
Pada masa orde
baru, bermunculan forum-forum diskusi yang menyangkut toleransi dalam hal
keagamaan dan keragaman, tapi sampai saat ini belum menunjukkan hal yang
signifikan.
DIALOG DAN KERJA SAMA
ANTARUMAT BERAGAMA
A. Memahami Kekhasan Agama-Agama di Indonesia
Memahami dan mengenal agama lain
membutuhka ketulusan, kearifan dan keterbukaan hati yang tinggi. Mengenal dan
memahami tidak dapat dilakuakan ketia tujuannya adalah membandingkan antara
agama yang dianut dengan agama lain. Pengenalan dan pemahaman yang tulus
memungkinkan tumbuhnya keterbukaan dan sikap apresiasif satu sama lain.
1. Berbagai Agama di Indonesia dan Kekhasannya
Kata “agama” berasal dari Bahasa
sansekerta yang berarti peraturan tradisioal, ajaran. Kata “agama” sering
diartikan sebagai kumpulan peraturan-peraturan atau ajaran. Kata lain adalah
religi. Kata “religi” berasal dari Bahasa latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali, maksudnya ikatan manusia dengan
Tenaga Kudus yang gaib, dengan Tuhan.
Enam agama besar yang paling banyak
penganutnya di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen dan Katolik, Hindu, Buddha,
dan Konghucu.
a. Agama Islam
Kata “Islam” berasal dari Bahasa Arab
Aslama, yaitu bermaksud “untuk menerima, menyerah atau tunduk.” Kepercayaan
dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimat shahadatain yaitu Laailaha
illallah, Muhammadur Rasulullah. Artinya Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad
adalah utusan Allah.
Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah :
- Mengucap dua kalimat syahadat dan meyakini bahwa tidak
ada yang berhakn ditaati dan disembah dengan benar keuali Allah saja dan
meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah.
- Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.
- Berpuasa pada bulan Ramadhan.
- Membayar zakat.
- Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.
Kitab suci adalah Al-Qur’an. Nabi dalam
agama Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Adalah nabi terakhir dalam ajaran
Islam.Hadits yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun
persetujuan Muhammad. Hadits adalah teks utama(sumber hokum) kedua Islam
setelah Al-Qur’an.
b. Agama Hindu
Berakar dari kata Sindhu. Awalnya merujuk
pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Menurut umay Hindu, Tuhan
itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita
Wedanta, ditegaskan bahwa hana ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala
yang ada (Brahman),yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam
bentuk.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat
Hindu yang meliputi :
- Widhi Tattwa percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
segala aspeknya
- Atma Tattwa percaya dengan adanya jiwa dalam setiap
makhluk
- Karmaphala Tattwa percaya dengan adanya hukum
sebab-akibat dalam setiap perbuatan
- Punarbhawa Tattwa percaya dengan adanya proses
kelahiran kembali (reinkarnasi)
- Moksa Tattwa percaya bahwa kebahagian tertinggi
merupakan tujuan akhir manusia
Ajaran agama Hindu didasarkan pada kitab
suci atau susastra suci keagamaan yang memuat nilai-nilai spiritual dengan
tuntutan dalam kehidupan dijalan dharma. Diantaranya adalah Weda, Upanishad,
Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan
Mahabharata.
c. Agama Budha
Tokoh historis mereka adalah Buddha
Siddharta Gautama. Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam
Catur Arya Satya, yang berarto Empat Kasunyatan atau Kebenaran Mulia, yaitu :
- Dukkha-Satya hidup dalam segala bentuk adalah
penderitaan
- Samudaya-Satya penderitaan disebabkan karena manusia
memiliki keinginan dan nafsu
- Nirodha-satya penderitaan itu dapat dilenyapkan
(moksa) dan orang mencapai nirvana (kebahagiaan) dengan membuang segala
keinginan dan nafsu
- Marga-Satya jalan untuk mencapai pelenyapan
penderitaan sehingga dapat masuk dalam Nirvana adalah delapan jalan utama
(asta-arya-marga).
d. Agama Kristen
Protestan adalah aliran dalam agama
Kristen. Protestantisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan,oleh pilihan, sabda, sakramen, dan
anugerah iman. Gereja yang Kudus adalah persekutuan orang yang benar-benar
beriman di segala tempat dan pada segala zaman.
- Kitab suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan
susunan Gereja. Oleh karena itu sola scriptura(diselamatkan karena kitab suci)
adalah prinsip formal protestantisme.
- Pembenaran orang dari semula sampai selesai
semata-mata rahmat ilahi (sola gratia).
- Sabda ilahiadalah satu-satunya sarana rahmat yang
dapat berbentuk Alkitab, khotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.
- Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui
sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa
perbedan rohani secara eksistensial.
KATOLIK
|
PROTESTAN
|
Tekanan ada pada
sakramen dan pada segi sakramen dari karya allah
|
Tekanan pada
sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya keselamatan Allah.
|
Kultis, yang
mementingkan kurban (ekaristi)
|
Profetis, yang
terpusat pada sabda(pewartaan)
|
Hubungan dengan
Gereja menentukan hubungan dengan Kristus
|
Hubungan dengan
Kristus menentukan hubungan dengan Gereja
|
Gereja secara
hakiki bersifat hierarkis
|
Segala pelayanan
gerejawi adalah ciptaan manusia
|
Kitab suci
dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki
|
Setiap orang
membaca dan mengartikan kitab suci
|
Jmlah kitab suci
73
|
Jumlah kitab
suci 66
|
Ada 7 sakramen
Ada devosi
kepada para kudus
|
Ada 2 sakramen
Tidak ada devosi
kepada para kudus
|
e. Agama Konghucu
Adalah agama yang ada dengan mengambil
nama Sang Nabi Khongcu. Intisari ajaran Khong Hu Cu adalah sebagai berikut :
1) Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui)
- Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin
Huang Tian)
- Sepenuh iman menjunjung kebajikan (ChengJuen Jie De)
- Sepenuh iman menegakkan firman gemilang ( Cheng Li
Ming Ming)
- Sepenuh iman percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi
Gui Shen)
- Sepenuh iman memupuk cita berbakti ( Cheng Yang Xiao
Shi)
- Sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi kongzi (
Cheng Shun Mu Duo)
- Sepenuh iman memuliakan kitab si shu dan wu jing (
Cheng Qin Jing Shu)
- Sepenuh iman menempuh jalan suci ( Cheng Zing Da Dao)
2) Lima Sifat Kekekalan ( Wu Chang)
- Ren – cinta kasih
- Yi – kebenaran/keadilan/kewajiban
- Li – kesusilaan, kepantasan
- Zhi – bijaksana
- Xin – dapat dipercaya
3) Lima Hubungan Sosial ( Wu Lun)
- Hubungan antara pimpinan dan bawahan
- Hubungan antara suami dan isteri
- Hubungan antara orang tua dan anak
- Hubungan kakak dan adik
- Hubungan antara kawan dan sahabat
4) Delapan kebajikan ( Ba De)
- Xiao – laku bakti
- Ti – rendah hati
- Zhong – satya
- Xin – dapat dipercaya
- Li – susila
- Yi – bijaksana
- Lian – suci hati
- Chi – tahu malu
- Satya dan tepa selira/ tahu menimbang ( Zhong Shu)
f. Agama asli nusantara
Adalah agama-agama tradisional yang telah
ada sebelum agama tersebut diatas. Seperti :
1) Sunda wiwitan dipeluk oleh masyarakat Sunda di
kanekes, lebak, banten
2) Sunda wiwitan aliran madrais juga dikenal dengan agama
cigugur
3) Buhun di jabar
4) Kejawen di jateng dan jatim
5) Parmalim agama asli batak
6) Kaharingan di Kalimantan
7) Tonaas walian di minahasa, Sulawesi utara
8) Tolottang si sulsel
9) Wetu telu di Lombok
10) Naurus di pulau
seram di prov. Maluku
2. Orang Kristiani Menempatkan Diri terhadap Umat
Beragama Lain
Sebagai orang kristiani kita adalah warga
masyarakat. Kita hidup tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang terdiri
dari orang-orang yang berlatar belakang keagamaan yang berbeda. Dasar pertama
hanya Allah lah sumber cinta kasih dalam kehidupan.
Dasar kedua adalah Kristus mengutus Gereja
untuk hidup di dunia sejak konsili vatikan II terhadap umat beragama lain
Gereja Katolik menempatkan dirinya sebagai rekan seperjalanan menuju kepada
Allah sang sumber kehidupan.
a) Gereja menempatkan diri sebagai bagian dari
masyarakat. Dalam kebersamaan dengan semua orang, Gereja dipanggil Allah untuk
ambil bag9an dalam pembangunan dan pelestarian hidup di bumi dalam
perjalanannya menuju Allah.
b) Gereja membuka dirinya untuk mengenal dengan tulus
cara hidup dan ajaran-ajaran agama lain karena ajaran-ajaran itu memancarkan
sinar kebaikan Allah yang menyinari hidup semua orang.
c) Gereja membuka diri untuk berbagi dalam kesadaran akan
perutusan Allah di dunia. Seraya membangun persaudaraan dengan para penganut
agama lain, Gereja melasanakan tugas perutusannya dan sekaligus membangun
imannya.
d) Gereja berdialog untuk membangun dan memaknai kehidupan bersama. Dalam
ketulusan saja tidak yang mendalam bersama penganut agama lain, Gereja
membangun hidup yang berlandaskan nilai-nilai kehidupan yang baik.
e) Gereja belajar dari sejarah untuk membangun kehidupan
yang lebih baik.
f) Gereja membangun persaudaraan semesta tanpa
diskriminasi.
3. Umat Katolik Menghargai dan menghormati Kekhasan
Agama-Agama
Konsili Suci sudah secara tegas dan jelas menyatakan
sikapnya terhadap agama-agama lain. Dengan tulus, Gereja menghargai dan
menghormati kekhasan masing-masing agama memiliki sebagai keyakinanyang
memantulkan sinar kebenaran dan membimbing para penganutnya menuju kepada
Allah.
Pernyataan tentang sikap Gereja terhadap
agama lain yakni bahwa rasa hormat Gereja adalah Gereja tidak menolak segala
sesuatu dari agama-agama bukan kristiani yang serba benar dan suci, meskipun di
beberapa segi terdapat perbedaan.
Sikap hormat dan menghargai itu tidaklah
berarti menerima begitu saja apa yang benar dan suci dari agama bukan kristiani
untuk menggantikan yang diyakini sebagai kebenaran oleh Gereja.
Dalam dialog dan kerja sama itu para
Konsili Suci berpesan agardi satu pihak Gereja tetap memberi kesaksian tentang
iman dan peri hidup kristiani dan dilain pihak berani mengakui, memelihara, dan
mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio budaya
yang menjadi kekhasan agama agama bukan kristiani tersebut.
Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggota
Gereja terhadap orang lain adalah sama seperti sikap Kristus terhadap orang
lain yaitu kasih dan pengampunan. Mewartakan kebenaran adalah salah satu bentuk
dari kasih.
B. Hambatan – Hambatan dalam membangun
dialog antar umat beragama
a. Tradisional
cara beragama berdasar tradisi . cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang – orang dari angkatan sebelumnya .
biasanya orang yang kuat dalam beragama, sulit menerima hal keagamaan baru atau
pembaharuan.dan dapat meningkatkan ilmu keagamaan.
b. Formal
cara beragama berdasar
formalitas yang berlaku di lingkungan atau masyarakatnya cara ini
mengikuti cara beragamanya orang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh . cara
ini orang mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau
masyarakat yang berbeda dengan beragam.
c. Rasional
beragama berdasarkan penggunaan rasio
sebisanya . mereka berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu
pengetahuan dan ilmu pengalamannya.
d. Metode Pendahulu
cara beragama berdasarkan penggunaan akal
dan hati (perasaan)di bawah wahyu . untuk memahami dan menghayati ajaran
agamanya dengan ilmu, pengalaman dan penyebaran (dakwah).
Beberapa hambatan yang biasanya muncul dan
dirasakan dalam mengadakan dialog antar umat beragama , ditunjaunya dari beberapa
aspek berikut :
a. Aspek Tokoh Historis
1. Fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang
setia terhadap tokoh historis yang diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh
yang satu lebih unggul dari tokoh lainnya.
2. Proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan
“propaganda”dari pemuka agama kepada para kader dan pemeluk agama sehingga
mereka tidak memperoleh informasi yang benar dan utuh tentang tokoh historis
dan ajaran – ajarannya .
b. Aspek Harta Milik
1. Kekayaan tidak jarang digunakan untuk menindas orang
kecil.
2. Kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama
yang seringkali disertai kekerasan
3. Kekayaan sering kali diperlakukan sebagai status
simbol
c. Aspek Pesan Universal
1. Persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing agama
dan pemuka agama (bahkan dalam satu agama yang sama)tentang pesan agamanya.
2. Ketertutupan dan ekslusivitas para pemeluk agama.
d. Aspek Tujuan Hidup
1. Solidarisme yang dikembangkan hanya bersifat ekslusif
2. Ada semacam persaingan yang tidak sehat dalam mencapai
tujuan hidup .
3. Mampetnya dialog dan komunikasi
e. Aspek pandangan terhadap kaum miskin
1. Masih ada kesenjanga sosial, bahkan kian lebar.
2. Masih suburnya materialisme , konsumerisme ,
hedonisme, bahkan darwinisme.
3. Pendiskreditan elite terhadap kaum kaum miskin sebagai
pemalas dan sampah masyarakat.
f. Aspek Iman , Ibadat , dan Kitab Suci
1. Beriman kepada Tuhan yang sama, tetapi perbedaan tradisi
dan ajaran dibesar-besarkan .
2. Ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah ,
beserta sarana pendukungnya,
3. Ada rasa “alergi”untuk membaca dan mempelajari kitab
suci , terutama kitab suci dari agama lain.
Dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat
dialog antar umat beragama adalah ekslusivme.
Sikap tradisional orang Katolik didasarkan
pada :
a. Keprihatinan akan “nasib”mereka (berdasarpenafsiran
ekslusif)atas ayat-ayat Alkitab mis Yoh 14:6
b. Nafsu ekspansionis
c. Ketaatan legalistik dan literalistik terhadap perintah
Alkitab (Mat 28)
Sementara itu agama lain juga mengambil
sikap dan mempunyai motivasi serupa , yang mengakibatkan sikap-sikap berikut :
a. Saling mencurigai dan memagari diri(saling tidak
memercayai)
b. Saling mengintip strategi dan metode ekspansi”etika
pemasaran” cenderung diabaikan
c. Bertumbuhnya kelompok-kelompok ekspansionis yang
radikal dan intoleran dalam agama-agama
d. Konflik dan perang saudara yang sering diumumkan bukan
karena agama, tetapi terkait dengan sentimen keagamaan .
Usaha mengatasi Hambatan-Hambatan dalam berdialog
dengan umat beragama lain.
a. Aspek Tokoh Historis
1. Meningkatkan dialog interaktif antarpemeluk agama mengenai
visi dan misi yang dibawa oleh tokoh historisnya.
2. Para pemuka agama lebih “jujur”dalam memperkenalkan
figur,visi,dan tokoh historisnya
3. Dimaksudkan untuk membangun sikap inklusif di antara
umat beragama
b. Aspek Harta milik
1. Kekayaan digunakan untuk melayani orang lain, terutama
yang terpinggirkan
2. Mengagendakan “dakwah”dengan topik peranan harta bagi
manusia
c. Aspek peran Universal
1. Mengungkap nilai-nilai universal yang terdapat dalam
ajaran masing-masing agama
2. Membangun komunikasi bersama baik secara formal maupun
nonformal sehingga tidak salah persepsi terhadap pesan keselamatan universal
d. Aspek Tujuan Hidup
1. Membuka dialog dan komunikasi yang manusiawi demi
kehidupan bersama yang lebih baik
2. Membangun solidaritas yang lebih luas (inklusif)
3. Merintis kerjasama untuk mencapai tujuan hidup bersama
e. Aspek pandangan terhadap martabat kaum miskin
1. Penjajagan kemungkinan untuk membina kerjasama melalui
program peduli kaum miskin dan pengentasan kemiskinan
2. Membuka dialog terbuka dengan semua pihak yang
berkendak
f. Aspek Iman , Ibadat ,dan Kitab Suci
1. Dialog antar umat beriman , untuk memahami tradisi dan
dinamika hidup beriman pihak lain.
2. Dialog dan kerjasama untuk studi kitab suci yang
dilaksanakan dengan dasar kehendak baik
Berbagai bentuk kerjasama Antarumat Beragama
a. Ekslusivitas
Sikap ini akan
melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang
dipeluknya , sedangkan agama lain sesat dan wajib dikikis.
b. Inklusivitas
Sikap ini
berpandangan bahwa diluar agama yang dipeluknya juga terdapat kebenaran,
meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dipeluknya
c. Pluralitas dan Paralelisitas
Sikap teologis
paralelisitas bisa terekspresi dalam macam-macam rumusan mis : agama lain
adalah jalan yang sama-sama sah mencapai kebenaran yang sama
d. Elektivitas
Yakni sikap
beragaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama
yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya
e. Universalitas
Sikap beranggapan
bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.
Usaha umat beriman untuk mewujudkan terjadinya
kerjasama antarumat
a. Membentuk forum persaudaraan antarumat beriman (FPUB)
b. Bersama-sama antar pemeluk agama meningkatkan
inklusifitas keberagaman
c. Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi
hubungan sosial
d. Mengingast faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap kerjasama
e. Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi
f. Kebudayaan dapat menjadi media pertemuan lintas agama
g. Sistem dan iklim politik yang berhembus pada saat ini
C. Kerja Sama Antarumat Beragama dan
Berkepercayaan
Kejujuran dan keterbukaan hati untuk
berdialog dengan umat beragama dan berkepercayaan lain akan membuat kita
membuka hati untuk memahami keyakinan umat beragama dan berkepercayaan lain.
1. Berbagai Bentuk Kerja Sama Antarumat Beragama
Ada 5 sikap
beragama yang dapat dijadikan titik tolak pemikiran, yaitu :
a. Eksklusivitas :
Sikap yang menghadirkan pandangan bahwa ajaran agamanya yang paling benar,
sedangkan agama lain sesat dan patut dikikis.
b. Inklusivitas :
Sikap yang berpandangan bahwa dalam agama lain juga terdapat kebenaran,
meskipun tidak seutuh agama yang dianutnya.
c. Pluralitas/Paralelisitas : Sikap berpandangan
bahwa setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebeneran sesuai
caranya masing-masing.
d. Eklektivitas :
Sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran
agama yang dipandangnya baik dan cocok untuk dirinya.
e. Universalitas :
Sikap beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama, karena
faktor historis-antropologis agama lalu tampil dalam format plural.
Eksklusivitas jelas menjadi sikap yang
menghalangi bentuk kerjasama lintas agama. Maka terlebih dahulu harus dikikis
baru dapat menentukan bentuk-bentuk kerja sama lintas agama s.b.b.:
a. Membangun hubungan sosial yang tidak dibatasi
doktrin-doktrin agama.
b. Meningkatkan perekonomian masyarakat.
c. Meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.
2. Usaha-Usaha Umat Beriman untuk Mewujudkan Terjadinya
Kerja sama Antarumat Beragama
a. Membentuk Forum Persaudaraan Antarumat Beriman (FPUB).
b. Bersama-sama antarpemeluk agama meningkatkan
inklusivitas keberagamaan.
c. Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi
hubungan sosial merupakan pengaruh terbesar dalam hal kerja sama.
d. Mengingat faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap kerja sama.
e. Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi
terhadap kerja sama antarumat beragama.
f. Mengingat bahwa kebudayaan dapat menjadi media
pertemuan lintas agama.
g. Mengingat bahwa sistem dan iklim politik yang
berhembus pada saat ini cenderung sektarian.
3. Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan Kerja sama dengan
Umat Beragama Lain
Dialog dan kerja
sama spontan memang dimungkinkan dapat terjadi, namun hasilnya pastilah tidak
maksimal. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan buah dari dialog dan kerja
sama itu perlu dibuat perencanaan yang matang, dengan target-target yang jelas.
- KERAGAMAN SEBAGAI REALITAS ASLI KEHIDUPAN MANUSIA
1. Mengenal Keragaman sebagai Realitas
Bangsa Indonesia
Manusia dilahirkan
dengan sebuah ketentuan yang diputuskan oleh Tuhan sendiri yang disebut Kodrat.
Proses kelahiran yang dialami setiap manusia itu sama, namun ia tidak dapat
menentukan lingkungan yang akan menerima kehadirannya saat ia dilahirkan.
Sehingga, itu merupakan tanda bahwa setiap manusia itu berbeda – beda. Serta,
sejarah pengalaman hidup manusia sangat berpengaruh dalam mempertegas jati diri
seorang manusia sehingga semakin tampak perbedaannya satu dengan yang lain.
Pengalaman
awal inilah yang kemudian disimpulkan dalam ungkapan homo homini socius.
Dimana pengalaman ini ingin mengungkapkan bahwa kenyataan manusia sebagai
makhluk sosial adalah kodratnya. Kehidupan manusia dengan sesamanya tidak bisa
tidak harus dijalani. Karena kodratnya inilah, setiap manusia senantiasa akan
membentuk sebuah kelompok. Dan perbedaan masing-masing individu tidak lagi menghalangi
pembentukan kelompok tersebut.
Sama seperti bangsa
Indonesia, pertama dari sisi geografis atau teritorialnya. Ada ribuan pulau
yang menjadi tempat tinggal bangsa Indonesia. Setiap pulau mempunyai budaya,
bahasa, gaya hidup, dan sebagainya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia itu
sendiri. Disatu pulau pun, segala yang dihasilkan dan dilakukan setiap orang
pun berbeda-beda. Dengan demikian dapat dikatakan sejak dilahirkan sebagai
bangsa, Indonesia mempunyai ciri majemuk. Ciri ini bahkan sudah ditampilkan
jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan, yaitu pada saat para pemuda mengikrarkan
diri untuk membentuk sebuah kehidupan bersama dalam satu tanah air, satu
bangsa, dan satu bahasa, Indonesia.
Salah satu cara untuk
melanggengkan kehidupan bersama itu, bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang mengandung 2 makna dasar yakni, “keanekaragaman” dan
“kesatuan”. Sehingga dapat dimengerti sebagai kesatuan dalam keberagaman (unity
in diversity).
Dalam keberagamannya,
Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, melainkan keberagaman
masyarakatnya. Menurut riset, Indonesia memiliki 389 suku bangsa. Yang hampir
setiap sukunya memiliki subsukunya masing-masing. Saat ini disatu daerah tidak
hanya dihuni oleh satu suku asli saja, namun ada beberapa suku juga yang
tinggal di daerah tersebut. Namun karena adanya kesadaran sebagai bangsa
Indonesia, mereka berusaha untuk saling beradaptasi dan bersikap toleran satu
sama lain. Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa Indonesia,
tetapi itu tidak menggeser bahasa daerah atau yang sering disebut bahasa ibu.
Karena keanekaragaman
tersebut, ada dua hal yang dapat digunakan untuk menjaga persatuan agar tidak
ada benturan satu kelompok dengan kelompok lainnya, yaitu:
a. saling menghormati antara satu kelompok dengan
kelompok yang lain
b. mencari dan saling berusaha menemukan titik kesamaan
2.Keberagaman dalam Kitab Suci
Keberagaman yang ada di
dalam Kitab Suci dapat kita temukan pada bagian awal. Kisah penciptaan yang ada
didalam Kitab Kejadian menjadi dasar utama, terutama berkaitan dengan masalah
kodrat. Selain itu, model sikap yang hendaknya kita miliki adalah model sikap
sebagaimana ditampakkan dalam pribadi Yesus Kristus.
Dari kisah penciptaan,
tampak bahwa Allah memang menciptakan tidak hanya satu macam, atau satu jenis
ciptaan saja. Selama enam hari karya-Nya menciptakan dunia, Allah telah membuat
begitu banyak hal. Maka, selama enam hari itu pula dinyatakan-Nya kodrat dari
seluruh ciptaan yaitu, unik. Masing-masing mempunyai keunikan dan ciri khasnya
sendiri-sendiri.
Sementara itu, selain
kisah penciptaan, dapat kita lihat pula pengalaman hidup bangsa Israel. Bangsa
Israel mempunyai suatu kebanggaan yang tidak dapat disamai oleh bangsa-bangsa
lain yakni, sebagai keturunan Abraham. Penyebutan nama Abraham, Ishak, dan
Yakub itu menunjuk pada keturunan Abraham. Menyebut nama Allah dengan disertai
generasi itu menunjukkan bahwa sisi kemajemukan itu semakin mendapatkan
wadahnya dalam proses perjalanan waktu. Artinya pluralitas tidak hanya terbatas
pada sisi wujud atau bentuk lahiriah, tetapi juga menyangkut proses waktu yang
dialami.
Kebanggaan sebagai
keturunan Abraham itu semakin dipertegas dengan kenyataan bahwa salah satu bapa
bangsa mereka (Yakub) dipilih Allah juga. Keterpilihan itu juga merupakan
keterpilihan mereka sebagai bangsa. Keterpilihan itu ditandai dengan
penggantian nama Yakub menjadi “Israel” dan perjanjian Allah dengannya.
Ketika bangsa Israel
menjadi budak di Mesir, rasa senasib menumbuhkan dalam diri mereka semangat
untuk bersatu. Namun, saat mereka harus melewati padang gurun, rasa kebangsaan
itu mengalami dinamika yang sangat kental. Mereka berani meninggalkan
nilai-nilai luhur bagi kehidupan demi kepentingan fisik/biologis saja. Namun
hal ini tidak menghilangkan keterpilihan mereka sebagai bangsa yang diberkati
Allah. Bahkan saat bangsa Israel meminta untuk didirikan sebuah kerajaan,Allah
pun tetap setia. Dapat dikatakan bahwa Kitab Suci tidak menghilangkan kenyataan
keragaman yang ada dalam kehidupan manusia. Hati manusia diresapi dambaan
mendalam akan persatuan. Tanpa disadari ada bahaya jika manusia mengusahakannya
dengan tenaga dan konsep pemikirannya sendiri.
3. Menghormati dan Menghargai setiap
Pribadi Manusia
Gereja meyakini bahwa
dirinya diutus untuk mewartakan Injil dan menananamkan Gereja di tengah-tengah
bangsa. Gereja sudah sejak lama membangun kesadaran atas anggota-anggotanya
untuk selalu menghormati dan menghargai keberagaman yang ada. Seperti Yesus
yang tidak terpengaruh dengan situasi yang ada disekitarnya, bahkan Ia pun
tidak mau masuk ke dalam salah satu kelompok masyarakat. Satu hal yang dipegang
oleh Yesus ketika berhadapan dengan manusia dan situasi hidup manusia adalah
menghargai dan mengangkat martabat hidup manusia. Sikap Yesus itulah yang menjadi
teladan bagi manusia dalam menghadapi situasi masyarakat disekitarnya.
Hal ini dapat dilakukan
Gereja melalui Konsili Vatikan II dalam “Pernyataan Tentang Hubungan Gereja
dengan Agama-agama Bukan Kristiani” (Nostra Aetate) artikel 5, yang mengajak kita
untuk turut dalam membangun persaudaraan dan pembangunan, terutama dengan
memelihara cara hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan hidup dalam
damai dengan semua orang.
Dasar dari segala
tindakan seorang pengikut Yesus Kristus adalah kodratnya sebagai makhluk sosial
dan sikap saling menghormati martabat manusia satu sama lain. Dua hal yang
perlu diusahakan oleh umat Katolik dalam bersikap menghadapi kemajemukan,
antara lain:
a. membongkar sikap eksklusif
b. membangun sikap inklusif
B. MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI
1. Beberapa Fakta Permusuhan/Pertikaian di
Masyarakat
a. Fakta Pertikaian dan Perang
Ø pertikaian yang
bernuansa balas dendam antar dua kampung di Timika, Papua
Ø pertikaian yang
bernuansa politik di elite politik level atas antara oknum polisi dan kejaksaan
melawan petinggi KPU
Ø pertikaian yang
bernuansa hak intelektual dan hak cipta antara bangsa Indonesia dengan
Malaysia, karena cukup banyak karya cipta bangsa Indonesia yang diklaim oleh
Malaysia
Ø pertikaian politik
dalam Pansus Skandal Bank Century, dalam upaya membongkar skandal Bank Century
yang menyebabkan Indonesia kecolongan sebesar 6,7 miliar rupiah
Ø pertikaian yang
terjadi di Tanjung Priok antara warga dengan Satpol PP dan Polisi yang akan
mengeksekusi tanah makam di kawasan tersebut
b. Alasan Terjadinya Pertikaian dan Perang
· Fanatisme sempit
Artinya sikap fanatik yang dihayati tidak disertai
dengan keterbukaan terhadap segala sesuatu yang ada di luar keyakinannya dan
menganggap bahwa keyakinannya yang paling benar.
· Sikap arogan/angkuh
Selalu ada suku atau bangsa yang menganggap dirinya
kuat dan bertindak sewenang-wenang.
· Keserakahan
Demi harta dan uang, orang dapat berbuat apa saja,
termasuk perang.
· Merebut kemerdekaan dan mempertahankan hak
Kadang-kadang, perang terpaksa dilakukan untuk merebut
kemerdekaan dan mempertahankan hak.
c. Akibat Pertikaian dan Perang
v kehancuran secara jasmani dan fisik
v hancurnya sarana dan prasarana, jatuhnya korban jiwa
v kehancuran secara rohani
Perang mengakibatkan trauma dan luka yang membekas
terhadap martabat dan peradaban manusia. Perang juga dapat membawa akibat baik,
tetapi tidak sebanding dengan kehancuran yang diakibatkannya.
2. Pengertian Persaudaraan Sejati
“Saudara sejati” adalah orang yang menunjukkan belas
kasih kepada semuanya. Persaudaraan sejati berarti sikap dan/ atau tindakan
seseorang kepada sesamanya dengan dilandasi cinta kasih.
3. Teladan Yesus dalam Membangun
Persaudaraan Sejati
Damai
yang diajarkan oleh Yesus membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan
dan kedurhakaan. Damai itu benar-benar damai bagi mereka yang sejiwa dengan
Yesus. Damai adalah suatu pencapaian kebenaran dan hasil perjuangan serta
pergulatan batin.
Damai
juga berarti rasa ketenangan hati karena orang memiliki hubungan yang bersih
dengan Tuhan, sesama, dan dunia. Damai sejahtera bagi yang menampakkan Kerajaan
Allah.
4. Hambatan dalam Membangun Persaudaraan
Sejati
ü adanya fanatisme
dan sovinisme pemeluk agama yang kurang setia terhadap tokoh historis yang
diikutinya
ü terjadinya
pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan “propaganda” dari pemuka agama
terhadap pemeluk agama
ü kekayaan tidak
jarang digunakan untuk provokasi agama yang sering kali disertai kekerasan
ü persepsi yang
berbeda dari para pemuka agama dan pemeluk agama tentang pesan agamanya
ü ketertutupan dan
eksklusivitas para pemeluk agama
ü solidaritas
antarumat seagama yang hanya bersifat eksklusif
ü adanya semacam
persaingan tidak sehat dalam mencapai tujuan hidup
ü mampetnya dialog
dan komunikasi
ü masih adanya
kesenjangan sosial, bahkan kian lebar
ü masih suburnya
materialisme, konsumerisme, bahkan darwinisme
ü beriman pada Tuhan
yang sama, tapi perbedaan ajaran dibesar-besarkan
ü ada persaingan
dalam pembangunan tempat ibadah, beserta
sarana pendukungnya
ü ada arasa “alergi”
untuk membaca dan mempelajari kitab suci terutama kitab suci dari agama lain
5. Kegiatan yang dapat Membangun Persaudaraan
Sejati antarumat Beragama
a. Ajaran Gereja tentang Perdamaian
Perdamaian adalah hasil tata masyarakat manusia yang
haus akan keadilan yang lebih sempurna. Semua orang mempunyai keempat relasi
dasar, yaitu relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama, relasi dengan alam
semesta, dan relasi dengan diri sendiri. Harmoni dari keempat hal itu yang
menentukan situasi hidup manusia.
b. Tindakan yang Membangun Persaudaraan
Sejati
1. berkunjung ke rumah teman yang sedang merayakan hari
raya agamanya
2. mengadakan bakti sosial,
penggalangan dana solidaritas untuk korban bencana
3. mengadakan dialog
dan kerjasama antarumat beragama
4. menghormati sesama
yang berbeda agama saat menjalankan ibadahnya
6. Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan
Membangun Persaudaraan Sejati
Pada masa orde
baru, bermunculan forum-forum diskusi yang menyangkut toleransi dalam hal
keagamaan dan keragaman, tapi sampai saat ini belum menunjukkan hal yang
signifikan.
DIALOG DAN KERJA SAMA
ANTARUMAT BERAGAMA
A. Memahami Kekhasan Agama-Agama di Indonesia
Memahami dan mengenal agama lain
membutuhka ketulusan, kearifan dan keterbukaan hati yang tinggi. Mengenal dan
memahami tidak dapat dilakuakan ketia tujuannya adalah membandingkan antara
agama yang dianut dengan agama lain. Pengenalan dan pemahaman yang tulus
memungkinkan tumbuhnya keterbukaan dan sikap apresiasif satu sama lain.
1. Berbagai Agama di Indonesia dan Kekhasannya
Kata “agama” berasal dari Bahasa
sansekerta yang berarti peraturan tradisioal, ajaran. Kata “agama” sering
diartikan sebagai kumpulan peraturan-peraturan atau ajaran. Kata lain adalah
religi. Kata “religi” berasal dari Bahasa latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali, maksudnya ikatan manusia dengan
Tenaga Kudus yang gaib, dengan Tuhan.
Enam agama besar yang paling banyak
penganutnya di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen dan Katolik, Hindu, Buddha,
dan Konghucu.
a. Agama Islam
Kata “Islam” berasal dari Bahasa Arab
Aslama, yaitu bermaksud “untuk menerima, menyerah atau tunduk.” Kepercayaan
dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimat shahadatain yaitu Laailaha
illallah, Muhammadur Rasulullah. Artinya Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad
adalah utusan Allah.
Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah :
- Mengucap dua kalimat syahadat dan meyakini bahwa tidak
ada yang berhakn ditaati dan disembah dengan benar keuali Allah saja dan
meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah.
- Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.
- Berpuasa pada bulan Ramadhan.
- Membayar zakat.
- Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.
Kitab suci adalah Al-Qur’an. Nabi dalam
agama Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Adalah nabi terakhir dalam ajaran
Islam.Hadits yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun
persetujuan Muhammad. Hadits adalah teks utama(sumber hokum) kedua Islam
setelah Al-Qur’an.
b. Agama Hindu
Berakar dari kata Sindhu. Awalnya merujuk
pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Menurut umay Hindu, Tuhan
itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita
Wedanta, ditegaskan bahwa hana ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala
yang ada (Brahman),yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam
bentuk.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat
Hindu yang meliputi :
- Widhi Tattwa percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
segala aspeknya
- Atma Tattwa percaya dengan adanya jiwa dalam setiap
makhluk
- Karmaphala Tattwa percaya dengan adanya hukum
sebab-akibat dalam setiap perbuatan
- Punarbhawa Tattwa percaya dengan adanya proses
kelahiran kembali (reinkarnasi)
- Moksa Tattwa percaya bahwa kebahagian tertinggi
merupakan tujuan akhir manusia
Ajaran agama Hindu didasarkan pada kitab
suci atau susastra suci keagamaan yang memuat nilai-nilai spiritual dengan
tuntutan dalam kehidupan dijalan dharma. Diantaranya adalah Weda, Upanishad,
Tantra, Agama dan Purana serta kedua Itihasa (epos), yaitu Ramayana dan
Mahabharata.
c. Agama Budha
Tokoh historis mereka adalah Buddha
Siddharta Gautama. Inti ajaran Buddha mengenai hidup manusia tercantum dalam
Catur Arya Satya, yang berarto Empat Kasunyatan atau Kebenaran Mulia, yaitu :
- Dukkha-Satya hidup dalam segala bentuk adalah
penderitaan
- Samudaya-Satya penderitaan disebabkan karena manusia
memiliki keinginan dan nafsu
- Nirodha-satya penderitaan itu dapat dilenyapkan
(moksa) dan orang mencapai nirvana (kebahagiaan) dengan membuang segala
keinginan dan nafsu
- Marga-Satya jalan untuk mencapai pelenyapan
penderitaan sehingga dapat masuk dalam Nirvana adalah delapan jalan utama
(asta-arya-marga).
d. Agama Kristen
Protestan adalah aliran dalam agama
Kristen. Protestantisme mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Gereja diadakan oleh rahmat Tuhan,oleh pilihan, sabda, sakramen, dan
anugerah iman. Gereja yang Kudus adalah persekutuan orang yang benar-benar
beriman di segala tempat dan pada segala zaman.
- Kitab suci adalah satu-satunya sumber ajaran dan
susunan Gereja. Oleh karena itu sola scriptura(diselamatkan karena kitab suci)
adalah prinsip formal protestantisme.
- Pembenaran orang dari semula sampai selesai
semata-mata rahmat ilahi (sola gratia).
- Sabda ilahiadalah satu-satunya sarana rahmat yang
dapat berbentuk Alkitab, khotbah, sakramen, dan pembicaraan rohani.
- Imamat umum semua orang beriman saja yang diakui
sehingga pendeta dan orang awam hanya berbeda menurut fungsi saja tanpa
perbedan rohani secara eksistensial.
KATOLIK
|
PROTESTAN
|
Tekanan ada pada
sakramen dan pada segi sakramen dari karya allah
|
Tekanan pada
sabda/pewartaan dan pada segi misteri karya keselamatan Allah.
|
Kultis, yang
mementingkan kurban (ekaristi)
|
Profetis, yang
terpusat pada sabda(pewartaan)
|
Hubungan dengan
Gereja menentukan hubungan dengan Kristus
|
Hubungan dengan
Kristus menentukan hubungan dengan Gereja
|
Gereja secara
hakiki bersifat hierarkis
|
Segala pelayanan
gerejawi adalah ciptaan manusia
|
Kitab suci
dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki
|
Setiap orang
membaca dan mengartikan kitab suci
|
Jmlah kitab suci
73
|
Jumlah kitab
suci 66
|
Ada 7 sakramen
Ada devosi
kepada para kudus
|
Ada 2 sakramen
Tidak ada devosi
kepada para kudus
|
e. Agama Konghucu
Adalah agama yang ada dengan mengambil
nama Sang Nabi Khongcu. Intisari ajaran Khong Hu Cu adalah sebagai berikut :
1) Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui)
- Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin
Huang Tian)
- Sepenuh iman menjunjung kebajikan (ChengJuen Jie De)
- Sepenuh iman menegakkan firman gemilang ( Cheng Li
Ming Ming)
- Sepenuh iman percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi
Gui Shen)
- Sepenuh iman memupuk cita berbakti ( Cheng Yang Xiao
Shi)
- Sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi kongzi (
Cheng Shun Mu Duo)
- Sepenuh iman memuliakan kitab si shu dan wu jing (
Cheng Qin Jing Shu)
- Sepenuh iman menempuh jalan suci ( Cheng Zing Da Dao)
2) Lima Sifat Kekekalan ( Wu Chang)
- Ren – cinta kasih
- Yi – kebenaran/keadilan/kewajiban
- Li – kesusilaan, kepantasan
- Zhi – bijaksana
- Xin – dapat dipercaya
3) Lima Hubungan Sosial ( Wu Lun)
- Hubungan antara pimpinan dan bawahan
- Hubungan antara suami dan isteri
- Hubungan antara orang tua dan anak
- Hubungan kakak dan adik
- Hubungan antara kawan dan sahabat
4) Delapan kebajikan ( Ba De)
- Xiao – laku bakti
- Ti – rendah hati
- Zhong – satya
- Xin – dapat dipercaya
- Li – susila
- Yi – bijaksana
- Lian – suci hati
- Chi – tahu malu
- Satya dan tepa selira/ tahu menimbang ( Zhong Shu)
f. Agama asli nusantara
Adalah agama-agama tradisional yang telah
ada sebelum agama tersebut diatas. Seperti :
1) Sunda wiwitan dipeluk oleh masyarakat Sunda di
kanekes, lebak, banten
2) Sunda wiwitan aliran madrais juga dikenal dengan agama
cigugur
3) Buhun di jabar
4) Kejawen di jateng dan jatim
5) Parmalim agama asli batak
6) Kaharingan di Kalimantan
7) Tonaas walian di minahasa, Sulawesi utara
8) Tolottang si sulsel
9) Wetu telu di Lombok
10) Naurus di pulau
seram di prov. Maluku
2. Orang Kristiani Menempatkan Diri terhadap Umat
Beragama Lain
Sebagai orang kristiani kita adalah warga
masyarakat. Kita hidup tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat yang terdiri
dari orang-orang yang berlatar belakang keagamaan yang berbeda. Dasar pertama
hanya Allah lah sumber cinta kasih dalam kehidupan.
Dasar kedua adalah Kristus mengutus Gereja
untuk hidup di dunia sejak konsili vatikan II terhadap umat beragama lain
Gereja Katolik menempatkan dirinya sebagai rekan seperjalanan menuju kepada
Allah sang sumber kehidupan.
a) Gereja menempatkan diri sebagai bagian dari
masyarakat. Dalam kebersamaan dengan semua orang, Gereja dipanggil Allah untuk
ambil bag9an dalam pembangunan dan pelestarian hidup di bumi dalam
perjalanannya menuju Allah.
b) Gereja membuka dirinya untuk mengenal dengan tulus
cara hidup dan ajaran-ajaran agama lain karena ajaran-ajaran itu memancarkan
sinar kebaikan Allah yang menyinari hidup semua orang.
c) Gereja membuka diri untuk berbagi dalam kesadaran akan
perutusan Allah di dunia. Seraya membangun persaudaraan dengan para penganut
agama lain, Gereja melasanakan tugas perutusannya dan sekaligus membangun
imannya.
d) Gereja berdialog untuk membangun dan memaknai kehidupan bersama. Dalam
ketulusan saja tidak yang mendalam bersama penganut agama lain, Gereja
membangun hidup yang berlandaskan nilai-nilai kehidupan yang baik.
e) Gereja belajar dari sejarah untuk membangun kehidupan
yang lebih baik.
f) Gereja membangun persaudaraan semesta tanpa
diskriminasi.
3. Umat Katolik Menghargai dan menghormati Kekhasan
Agama-Agama
Konsili Suci sudah secara tegas dan jelas menyatakan
sikapnya terhadap agama-agama lain. Dengan tulus, Gereja menghargai dan
menghormati kekhasan masing-masing agama memiliki sebagai keyakinanyang
memantulkan sinar kebenaran dan membimbing para penganutnya menuju kepada
Allah.
Pernyataan tentang sikap Gereja terhadap
agama lain yakni bahwa rasa hormat Gereja adalah Gereja tidak menolak segala
sesuatu dari agama-agama bukan kristiani yang serba benar dan suci, meskipun di
beberapa segi terdapat perbedaan.
Sikap hormat dan menghargai itu tidaklah
berarti menerima begitu saja apa yang benar dan suci dari agama bukan kristiani
untuk menggantikan yang diyakini sebagai kebenaran oleh Gereja.
Dalam dialog dan kerja sama itu para
Konsili Suci berpesan agardi satu pihak Gereja tetap memberi kesaksian tentang
iman dan peri hidup kristiani dan dilain pihak berani mengakui, memelihara, dan
mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio budaya
yang menjadi kekhasan agama agama bukan kristiani tersebut.
Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggota
Gereja terhadap orang lain adalah sama seperti sikap Kristus terhadap orang
lain yaitu kasih dan pengampunan. Mewartakan kebenaran adalah salah satu bentuk
dari kasih.
B. Hambatan – Hambatan dalam membangun
dialog antar umat beragama
a. Tradisional
cara beragama berdasar tradisi . cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang – orang dari angkatan sebelumnya .
biasanya orang yang kuat dalam beragama, sulit menerima hal keagamaan baru atau
pembaharuan.dan dapat meningkatkan ilmu keagamaan.
b. Formal
cara beragama berdasar
formalitas yang berlaku di lingkungan atau masyarakatnya cara ini
mengikuti cara beragamanya orang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh . cara
ini orang mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau
masyarakat yang berbeda dengan beragam.
c. Rasional
beragama berdasarkan penggunaan rasio
sebisanya . mereka berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu
pengetahuan dan ilmu pengalamannya.
d. Metode Pendahulu
cara beragama berdasarkan penggunaan akal
dan hati (perasaan)di bawah wahyu . untuk memahami dan menghayati ajaran
agamanya dengan ilmu, pengalaman dan penyebaran (dakwah).
Beberapa hambatan yang biasanya muncul dan
dirasakan dalam mengadakan dialog antar umat beragama , ditunjaunya dari beberapa
aspek berikut :
a. Aspek Tokoh Historis
1. Fanatisme dan sovinisme pemeluk agama yang kurang
setia terhadap tokoh historis yang diikutinya sehingga beranggapan bahwa tokoh
yang satu lebih unggul dari tokoh lainnya.
2. Proses pembodohan yang terjadi dalam kaderisasi dan
“propaganda”dari pemuka agama kepada para kader dan pemeluk agama sehingga
mereka tidak memperoleh informasi yang benar dan utuh tentang tokoh historis
dan ajaran – ajarannya .
b. Aspek Harta Milik
1. Kekayaan tidak jarang digunakan untuk menindas orang
kecil.
2. Kekayaan tidak jarang digunakan untuk provokasi agama
yang seringkali disertai kekerasan
3. Kekayaan sering kali diperlakukan sebagai status
simbol
c. Aspek Pesan Universal
1. Persepsi yang berbeda-beda dari masing-masing agama
dan pemuka agama (bahkan dalam satu agama yang sama)tentang pesan agamanya.
2. Ketertutupan dan ekslusivitas para pemeluk agama.
d. Aspek Tujuan Hidup
1. Solidarisme yang dikembangkan hanya bersifat ekslusif
2. Ada semacam persaingan yang tidak sehat dalam mencapai
tujuan hidup .
3. Mampetnya dialog dan komunikasi
e. Aspek pandangan terhadap kaum miskin
1. Masih ada kesenjanga sosial, bahkan kian lebar.
2. Masih suburnya materialisme , konsumerisme ,
hedonisme, bahkan darwinisme.
3. Pendiskreditan elite terhadap kaum kaum miskin sebagai
pemalas dan sampah masyarakat.
f. Aspek Iman , Ibadat , dan Kitab Suci
1. Beriman kepada Tuhan yang sama, tetapi perbedaan tradisi
dan ajaran dibesar-besarkan .
2. Ada persaingan dalam pembangunan tempat ibadah ,
beserta sarana pendukungnya,
3. Ada rasa “alergi”untuk membaca dan mempelajari kitab
suci , terutama kitab suci dari agama lain.
Dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat
dialog antar umat beragama adalah ekslusivme.
Sikap tradisional orang Katolik didasarkan
pada :
a. Keprihatinan akan “nasib”mereka (berdasarpenafsiran
ekslusif)atas ayat-ayat Alkitab mis Yoh 14:6
b. Nafsu ekspansionis
c. Ketaatan legalistik dan literalistik terhadap perintah
Alkitab (Mat 28)
Sementara itu agama lain juga mengambil
sikap dan mempunyai motivasi serupa , yang mengakibatkan sikap-sikap berikut :
a. Saling mencurigai dan memagari diri(saling tidak
memercayai)
b. Saling mengintip strategi dan metode ekspansi”etika
pemasaran” cenderung diabaikan
c. Bertumbuhnya kelompok-kelompok ekspansionis yang
radikal dan intoleran dalam agama-agama
d. Konflik dan perang saudara yang sering diumumkan bukan
karena agama, tetapi terkait dengan sentimen keagamaan .
Usaha mengatasi Hambatan-Hambatan dalam berdialog
dengan umat beragama lain.
a. Aspek Tokoh Historis
1. Meningkatkan dialog interaktif antarpemeluk agama mengenai
visi dan misi yang dibawa oleh tokoh historisnya.
2. Para pemuka agama lebih “jujur”dalam memperkenalkan
figur,visi,dan tokoh historisnya
3. Dimaksudkan untuk membangun sikap inklusif di antara
umat beragama
b. Aspek Harta milik
1. Kekayaan digunakan untuk melayani orang lain, terutama
yang terpinggirkan
2. Mengagendakan “dakwah”dengan topik peranan harta bagi
manusia
c. Aspek peran Universal
1. Mengungkap nilai-nilai universal yang terdapat dalam
ajaran masing-masing agama
2. Membangun komunikasi bersama baik secara formal maupun
nonformal sehingga tidak salah persepsi terhadap pesan keselamatan universal
d. Aspek Tujuan Hidup
1. Membuka dialog dan komunikasi yang manusiawi demi
kehidupan bersama yang lebih baik
2. Membangun solidaritas yang lebih luas (inklusif)
3. Merintis kerjasama untuk mencapai tujuan hidup bersama
e. Aspek pandangan terhadap martabat kaum miskin
1. Penjajagan kemungkinan untuk membina kerjasama melalui
program peduli kaum miskin dan pengentasan kemiskinan
2. Membuka dialog terbuka dengan semua pihak yang
berkendak
f. Aspek Iman , Ibadat ,dan Kitab Suci
1. Dialog antar umat beriman , untuk memahami tradisi dan
dinamika hidup beriman pihak lain.
2. Dialog dan kerjasama untuk studi kitab suci yang
dilaksanakan dengan dasar kehendak baik
Berbagai bentuk kerjasama Antarumat Beragama
a. Ekslusivitas
Sikap ini akan
melahirkan pandangan bahwa ajaran yang paling benar hanyalah agama yang
dipeluknya , sedangkan agama lain sesat dan wajib dikikis.
b. Inklusivitas
Sikap ini
berpandangan bahwa diluar agama yang dipeluknya juga terdapat kebenaran,
meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dipeluknya
c. Pluralitas dan Paralelisitas
Sikap teologis
paralelisitas bisa terekspresi dalam macam-macam rumusan mis : agama lain
adalah jalan yang sama-sama sah mencapai kebenaran yang sama
d. Elektivitas
Yakni sikap
beragaman yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran agama
yang dipandang baik dan cocok untuk dirinya
e. Universalitas
Sikap beranggapan
bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.
Usaha umat beriman untuk mewujudkan terjadinya
kerjasama antarumat
a. Membentuk forum persaudaraan antarumat beriman (FPUB)
b. Bersama-sama antar pemeluk agama meningkatkan
inklusifitas keberagaman
c. Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi
hubungan sosial
d. Mengingast faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap kerjasama
e. Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi
f. Kebudayaan dapat menjadi media pertemuan lintas agama
g. Sistem dan iklim politik yang berhembus pada saat ini
C. Kerja Sama Antarumat Beragama dan
Berkepercayaan
Kejujuran dan keterbukaan hati untuk
berdialog dengan umat beragama dan berkepercayaan lain akan membuat kita
membuka hati untuk memahami keyakinan umat beragama dan berkepercayaan lain.
1. Berbagai Bentuk Kerja Sama Antarumat Beragama
Ada 5 sikap
beragama yang dapat dijadikan titik tolak pemikiran, yaitu :
a. Eksklusivitas :
Sikap yang menghadirkan pandangan bahwa ajaran agamanya yang paling benar,
sedangkan agama lain sesat dan patut dikikis.
b. Inklusivitas :
Sikap yang berpandangan bahwa dalam agama lain juga terdapat kebenaran,
meskipun tidak seutuh agama yang dianutnya.
c. Pluralitas/Paralelisitas : Sikap berpandangan
bahwa setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebeneran sesuai
caranya masing-masing.
d. Eklektivitas :
Sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan mempertemukan berbagai segi ajaran
agama yang dipandangnya baik dan cocok untuk dirinya.
e. Universalitas :
Sikap beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama, karena
faktor historis-antropologis agama lalu tampil dalam format plural.
Eksklusivitas jelas menjadi sikap yang
menghalangi bentuk kerjasama lintas agama. Maka terlebih dahulu harus dikikis
baru dapat menentukan bentuk-bentuk kerja sama lintas agama s.b.b.:
a. Membangun hubungan sosial yang tidak dibatasi
doktrin-doktrin agama.
b. Meningkatkan perekonomian masyarakat.
c. Meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.
2. Usaha-Usaha Umat Beriman untuk Mewujudkan Terjadinya
Kerja sama Antarumat Beragama
a. Membentuk Forum Persaudaraan Antarumat Beriman (FPUB).
b. Bersama-sama antarpemeluk agama meningkatkan
inklusivitas keberagamaan.
c. Mengingat bahwa tingkat kepercayaan berdimensi
hubungan sosial merupakan pengaruh terbesar dalam hal kerja sama.
d. Mengingat faktor sosial ekonomi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap kerja sama.
e. Mengingat tingkat pendidikan mempunyai korelasi
terhadap kerja sama antarumat beragama.
f. Mengingat bahwa kebudayaan dapat menjadi media
pertemuan lintas agama.
g. Mengingat bahwa sistem dan iklim politik yang
berhembus pada saat ini cenderung sektarian.
3. Rancangan dan Pelaksanaan Kegiatan Kerja sama dengan
Umat Beragama Lain
Dialog dan kerja
sama spontan memang dimungkinkan dapat terjadi, namun hasilnya pastilah tidak
maksimal. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan buah dari dialog dan kerja
sama itu perlu dibuat perencanaan yang matang, dengan target-target yang jelas.
No comments:
Post a Comment