Orang Zelot (lihat Luk. 6:15; Kis. 1:13) adalah pembangkang bersenjata yang
berjuang melawan pemerintahan asing dan perpajakan yang mereka kenakan. Mereka
bukan suatu organisasi tunggal; sebaliknya nama itu dapat mengacu kepada
kelompok atau gerombolan apa saja yang menentang kekuasaan asing. Program
merekalah yang dirayakan dalam kitab-kitab Makabe, dan perjuangan merekalah
yang berakhir dengan pemberontakan Bar Kochba. Lawan-lawan orang Zelot hanya
menyebut mereka "penggarong." Menurut Yosefus, orang Zelotlah yang
memimpin pertahanan bait suci di Yerusalem dan dikalahkan pada tahun 70 M.
Kelompok sicarii atau
"pembunuh-pembunuh" (Kis. 21:38) melakukan semacam perlawanan
bersenjata yang khusus. Dengan menggunakan belati (bah. Latin, sicarii)
yang disembunyikan dalam pakaian mereka, kaum Sicarii ini membunuh musuh-musuh
mereka di tempat-tempat yang ramai, lalu melarikan diri sebelum mereka dapat
ditangkap.
Orang Herodian adalah orang-orang Yahudi yang
merupakan simpatisan para penguasa dari keluarga Herodes (lihat Mat. 22:16; Mrk. 3:6; 12:13).
"Ahli Taurat" sebenarnya adalah nama suatu
jabatan, bukan suatu kesetiaan (Mat. 7:29). Para ahli Taurat dapat membaca dan
menulis, karena itu mereka dapat bekerja sebagai guru dan panitera. Karena para
ahli Taurat mempunyai majikan yang berbeda-beda, atau tidak mempunyai majikan
yang tetap, mereka menaruh simpati pada bermacam-macam hal. Karena Kitab Suci
begitu penting bagi orang Yahudi, para ahli Taurat sering menduduki posisi
sebagai pemimpin.
Imam-imam juga merupakan suatu golongan profesional (Mrk. 11:18; 14:10). Imam-imam mengerjakan
berbagai kewajiban yang resmi di bait suci. Imam besar juga menjadi kepala
Sanhedrin di Yerusalem. Ada sepuluh Sanhedrin lain di tempat-tempat yang
berbeda. Di bawah pemerintahan Romawi; imam besar diangkat oleh gubernur
Romawi.
Orang Farisi (Mat. 5:20) adalah pemimpin agama, dan baik ahli
Taurat maupun imam dapat ditempatkan di antara mereka. Seperti yang dapat
diharapkan, ada sedikit kebebasan di antara orang Farisi mengenai seberapa
ketatnya Taurat Musa harus diterapkan. Di antara orang Farisi terdapat
orang-orang yang sangat memusuhi Yesus. Mereka tidak hanya mengerti
tuntutan-tuntutan Yesus, tetapi juga dapat mengenali ancaman tuntutan-tuntutan
tersebut terhadap status quo. Rasul Paulus adalah seorang Farisi yang dengan
keras menganiaya orang Kristen, tetapi yang kemudian hari menjadi Salah seorang
yang paling efektif membela iman Kristen.
Tradisi-tradisi orang Farisi tetap bertahan setelah
pembinasaan bait suci dan kekalahan yang menghancurkan pemberontakan Bar
Kochba. Tradisi-tradisi orang Farisi adalah sumber dari apa yang dikenal
sebagai Yudaisme para rabi. Sejauh yang dapat diketahui dari Misynah (kumpulan
tradisi-tradisi orang Farisi), ajaran orang Farisi tidak sepenuhnya menentang
ajaran Yesus. Hal ini tidak mengherankan, karena tugas pokok orang Farisi
adalah menerapkan Alkitab Ibrani,
terutama kelima kitab Musa, dalam mengamalkan kehidupan sehari-hari.
Orang-orang yang bersungguh-sungguh memusuhi Yesus
yang digambarkan dalam Injil sebagai orang Farisi belum tentu mewakili semua
orang Farisi. Minat mereka terhadap pokok-pokok tertentu dalam agama, seperti
berpuasa dan kesucian ritual, adalah sejalan dengan minat mereka terhadap
kesalehan. Perjanjian Baru juga menaruh perhatian terhadap soal-soal yang sama
itu.
Orang Saduki adalah orang-orang Yahudi bangsawan yang
tidak bersimpati kepada ajaran-ajaran orang Farisi. Orang Saduki menyatakan
bahwa hanya kelima kitab Musa yang berkuasa dan bahwa tradisi-tradisi yang
kemudian diturunkan oleh para rabi, tidak. Menurut Markus 12:18, orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Sebagai suatu
golongan dalam agama Yahudi, orang Saduki tidak berkembang setelah penghancuran
bait suci, yang menjadi fokus kekuasaan mereka.
"Orang yang takut akan Allah" adalah
terjemahan yang lazim dari istilah ini yang beberapa kali terdapat di
Perjanjian Baru (Kis. 10:2, 22; 13:16, 26). "orang-orang yang
takut akan Allah" ini adalah orang proselit, atau orang yang bertobat
kepada agama Yahudi; akan tetapi, mereka tidak dianggap sepenuhnya sebagai
orang Yahudi, mungkin karena mereka tidak bersunat. Orang Yahudi bersedia
menerima orang-orang yang beralih ke agama Yahudi, namun sukar untuk mengetahui
berapa banyak orang yang seperti itu. Rupanya diragukan bahwa ada suatu gerakan
"misionaris" Yahudi yang bertujuan menobatkan orang. Ketika Yesus
berkata bahwa orang Farisi "mengarungi lautan dan menjelajah daratan untuk
menobatkan satu orang saja," Ia sedang mengacu kepada pengajaran tegas
mereka kepada orang-orang di kalangan agama Yahudi, bukan kepada usaha yang
kuat untuk menarik orang-orang yang berada di luar agama Yahudi (Mat. 23:15).
Suatu gerakan lain di dalam Yudaisme, yang meliputi
komunitas Qumran, terkenal sebagai kaum Eseni. Yosefus menggambarkan kaum Eseni
sebagai orang-orang yang dengan ketat menjalankan hari Sabat. Mereka percaya
akan keabadian jiwa. Orang
Eseni tidak akan menghujat Allah atau makan makanan haram, bahkan ketika
diancam siksaan. Beberapa orang Eseni, seperti mereka yang bertempat tinggal di
Qumran, menolak untuk menikah. Perjanjian Baru tidak menyebut orang Eseni
dengan jelas, tetapi teranglah bahwa banyak gagasan mereka dapat ditemukan di
golongan-golongan lain.
Walaupun "rakyat jelata" bukan suatu
kelompok yang terpadu, sungguh menyesatkan bila hanya mendaftarkan
kelompok-kelompok dan gerakan-gerakan yang lebih mudah dikenali di kalangan
agama Yahudi serta mengabaikan orang Yahudi pada umumnya. Keikutsertaan rakyat
jelata dalam ibadat kepada Allah dan hal mendengarkan Firman Allah dijamin oleh
jumlah sinagoge yang didirikan di semua daerah yang didiami oleh rakyat jelata.
No comments:
Post a Comment